REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masjid Al Munada Darussalam juga menjadi rumah dari sebuah Alquran raksasa berukuran 1 x 1,4 meter. Alquran ini bersampul ukiran kayu jati.
Tulisan dalam Alquran ini dibuat oleh Amir Hamzah, pendidik di sebuah perguruan Islam di Jakarta. Untuk menulis 30 juz Alquran raksasa ini, Amir membutuhkan waktu lebih dari 10 tahun. Demi terselesaikannya Alquran itu, ia pun sempat tinggal di ruang atas replika perahu masjid ini. Saat ini, Alquran itu tersimpan di ruangan tambahan di sebelah kiri masjid.
Jamaah ataupun pengunjung masjid inipun dapat menjumpai belasan batu alam beraneka warna. Kabarnya, batu-batu alam ini adalah sumbangan dari para jamaah yang berasal dari berbagai penjuru Tanah Air kepada Kiai Abdurrahman Maksum. Batu-batu alam itu tak mewakili simbol-simbol tertentu melainkan sekadar menandakan kebesaran alam semesta sebagai ciptaan Allah yang Maha agung.
Ia juga bercerita, dulu bagian belakang masjid merupakan kandang sapi. Hal ini lantaran sang pendiri masjid memiliki ternak sapi perah. Sering kali, susu hasil perahan dibagikan kepada warga setempat. Tapi kini, bekas-bekas kandang sapi itu tak tampak lagi, digantikan oleh gedung tambahan yang difungsikan sebagai gudang.
Kini, Masjid Perahu adalah tempat ibadah yang ramai dikunjungi jamaah, utamanya saat shalat Zhuhur. Selain para pedagang yang mangkal atau kebetulan lewat di daerah itu, jamaah Masjid Perahu umumnya adalah para pegawai yang berkantor di lingkungan sekitar masjid.
Usai shalat Zhuhur, tak sedikit jamaah yang berlama-lama beristirahat di dalam masjid, bah kan beberapa di antara mereka sam pai tertidur pulas. Maklum, meski di siang hari yang terik, mas jid ini tetap saja sejuk. Ya, karena masjid ini berada di bawah bayangbayang gedung pencakar langit di dekatnya. Belum lagi semburan kesejukan yang berasal dari rimbunnya pepohonan di halaman masjid.