REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Arief Budiman memberikan penjelasan terkait isu pelaksanaan pemilu yang terancam serangan peretasan dari Rusia dan Cina. Menurut Arief, peretas situs KPU bisa saja hanya berasal dari dalam negeri.
Arief mengungkapkan serangan terhadap situs resmi KPU terus terjadi. Serangan itu berasal dari mana saja, baik dalam dan luar negeri.
"Saya pikir tidak perlulah disebut nama negaranya. Kecuali, kita sudah menangkap baru boleh disebut. Tapi, gak usah disebutlah, darimana negaranya," ujar Arief kepada wartawan di Hotel Sultan, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (13/3).
Arief melanjutkan, internet protocol address (IP address) yang terdeteksi masuk ke sistem KPU ada yang dari dalam dan luar negeri. "Tetapi walaupun menggunakan IP address dalam dan luar negeri orangnya itu sebetulnya bisa dari mana-mana. Yang pake IP address dalam negeri orangnya bisa juga dari luar negeri. Sebaliknya, yang pakai IP address dari luar bisa juga sebetulnya orangnya dari dalam negeri," jelas Arief.
Sehingga, peretas sebenarnya tidak bisa dipastikan berasal dari mana. "Jadi tidak seperti yang ada di berita bahwa yang melakukan peretasan itu dari suatu daerah, suatu negara, tidak begitu," tegas Arief.
Soal peretasan ini, kata dia, sudah bisa dipastikan secara jelas jika pelakunya telah tertangkap. Begitu pula motif peretasan atau tujuannya.
Isu peretasan dari Rusia dan Cina mengemuka setelah Arief menyatakan pelaksanaan pemilu di Indonesia dibayangi peretasan para hacker dari dua negara itu. Menurut Arief, serangan para peretas itu terjadi setiap hari, bahkan setiap jam.