REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Pengamat Politik Rocky Gerung memberikan kuliah umum di Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang, Rabu (13/3). Ia pun menyampaikan, apresiasi kepada Unissula yang telah mengundangnya untuk menyampaikan kuliah umum.
“Saya senang diterima di sini dan setiap diterima oleh kampus, selalu ada harapan tentang masa depan. Ada suasana gembira dan ini berbeda dengan di luar sana yang penuh dengan amarah,” ungkapnya.
Mengapa hanya ada kemarahan? karena, menurut Rocky, tidak ada lagi akal sehat yang dialirkan. Berbeda dengan lingkungan kampus –seperti Unissula-- yang memiliki fungsi menggembirakan masyarakat melalui akal sehat.
Dalam kuliah umumnya, Rocky menyoroti peran, tugas dan kewenangan penyelenggara pemilu. Ia mengaku, terlibat langsung dalam diskusi awal ketika KPU dirancang di awal- awal reformasi. Termasuk ketika Bawaslu didirikan dan perlengkapan teknis Pemilu dibicarakan.
“Kami dari kalangan kampus –saat itu—bersama dengan Civil Society—berupaya keras untuk menghasilkan Pemilu yang argumentatif di negeri ini atau berupaya menghasilkan sistem Pemilihan Presiden yang fungsi etisnya melampaaui fungsi teknisnya,” kata dia.
Karena itu, masih menurut Rocky, kalau membaca perdebatan di awal reformasi, tentang lembaga- lembaga penyelenggara Pemilu, yang paling menonjol di sana adalah keinginan untuk menjadikan KPU juncto Bawaslu sebagai tempat pendidikan politik.
Jadi sifat etika politik mendahului sifat teknikal politik. Artinya kesibukan KPU sebetulnya ada pada dimensi etis yang mendahului dimensi teknis dan ini benar- benar mengajarkan pendidikan politik.
Tujuannya semua stakeholder masuk ke dalam kompetisi politik yang benar- benar bermutu. “Di mana kita bertanding dengan argumen- argumen dan bukan dengan sentimen. Sebenarnya itu awal untuk mereformasi sistem Pemilu di negeri ini,” tandasnya.
Sementara itu, Mantan Rektor Unissula, Laode Masihu Kamaluddin menyampaikan, para ulama, tokoh- tokoh besar serta para ilmuwan Islam yang terkenal, selalu menggunakan pendekatan akal sehat, dalam menghasilkan berbagai karya besar serta pemikiran- pemikirannya.
Demikian pula, para pendiri bangsa juga menggunakan akal sehat mereka untuk melahirkan kemerdekaan bangsa Indonesia, termasuk dalam merumuskan dan dasar- dasar dan ideologi negara ini. “Semuanya dicapai dengan pendekatan akal sehat,” jelasnya.