REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Tim Percepatan Pengembangan Pariwisata Halal, Anang Sutono menuturkan pariwisata halal bagi Indonesia adalah sebuah keniscayaan. Peluang ini harus dimanfaatkan oleh Indonesia karena ia mengakui, pariwisata halal sebetulnya sudah mendarah daging di negara yang mayoritas Muslim ini.
"Jadi, sekarang atau tidak sama sekali. Kesempatan terbagus ini dimiliki Indonesia dengan pertimbangan karena pariwisata halal telah menjadi darah daging. Karena itu, ini akan menjadi satu core values yang akan menjadi tumpuan kita semua," tutur dia kepada Republika.co.id, Rabu (13/3).
Anang menjelaskan, Muslim traveler di belahan dunia telah menjadi pangsa pasar yang besar. Ia mengatakan, total ada 158 juta Muslim traveler yang melakukan perjalanan wisata dari satu negara ke negara lain.
"Di luar sana itu ada market yang sangat besar, yang namanya Muslim traveler. Di seluruh dunia, yang bergerak dari satu negara ke negara lain itu jumlahnya besar, ada 158 juta," ungkap dia.
Sayangnya, Anang mengakui, hanya 3 juta orang dari total jumlah wisatawan Muslim itu yang berwisata ke Indonesia. Padahal, lanjut dia, pariwisata bisa meningkatkan kualitas hidup manusia dengan sebuah transaksi bisnis di mana ini kemudian menjadi industri ekonomi yang besar.
"Indonesia sudah memiliki darah daging pariwisata halal. Ini menjadi satu selling point yang sangat kuat. Dan pariwisata halal sudah menjadi tren dunia," tutur dia.
Dampaknya, papar Anang, banyak negara hendak merebut market pariwisata halal yang sebesar 158 juta itu. Thailand, ungkapnya, sekarang sedang membenahi infrastruktur dan destinasinya. Karena mereka tahu bahwa pasar pariwisata halal yang besar ini akan memberikan dampak terhadap perekonomian.
"Trickle down effect of economics industry-nya sangat tinggi. Banyak negara berlomba-lomba termasuk Jepang dan Korea Selatan," imbuh Anang.