REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Wiranto memastikan ledakan bom di Sibolga, Sumatra Utara, pada Rabu (13/3) dini hari tidak berkaitan dengan pesta demokrasi pada April 2019. Ia menegaskan kepolisian sudah menjalankan tugas dengan optimal untuk melakukan pengamanan menjelang pemilihan presiden dan legislatif.
"Tidak ada kaitan dengan pemilu, jadi masyarakat harap tenang, tidak terpengaruh ini, bisa saja," kata Wiranto di Istana Negara, Rabu (13/3).
Wiranto menambahkan, aparat kepolisian telag melakukan pendekatan 'kasar' dan 'halus'. Kasar maksudnya melakukan penangkapan terhadap terduga dan melakukan tindakan bila terduga melawan.
Sedangkan pendekatan secara halus dilakukan polisi di hulu, yakni dengan meyakinkan masyarakat bahwa terorisme bukan bagian dari akidah agama. "Sehingga mereka bergerak bukan dalam rangka pemilu, sabotase sesuatu program. Kemarin di Sibolga itu juga diributkan seakan-akan itu mengganggu pemilu, pemilu enggak aman," kata Wiranto.
A PHP Error was encountered
Severity: Notice
Message: Undefined index: status
Filename: helpers/all_helper.php
Line Number: 4249
Karena itu, Wiranto menegaskan pemerintah bersama aparat keamanan telah melakukan berbagai upaya untuk mengamankan pemilu April nanti. Ia juga mengatakan, polisi terus mengejar sel-sel teroris yang masih tersebar.
Pemerintah berpegang pada UU Antiterorisme yang memberi ruang bagi aparat keamanan melakukan penangkapan sebelum teroris beraksi. "Kalau dulu harus ada aksi baru ditangkap, sekarang belum aksi sudah ditangkap," katanya.
Densus 88 Anti-teror, pada Selasa (12/3) menangkap hidup Husain alias Abu Hamzah di Sibolga, Sumut. Ia ditangkat lantaran terkait dengan jaringan terorisme Jamaah Ansharut Daulah (JAD).
Saat penangkapan tersebut, sempat terjadi aksi peledakan di rumah terduga yang terletak di Jalan Ahmad Dahlan, Sibolga. Satu petugas, dan satu warga sipil terluka dalam peledakan tersebut.
Setelah penangkapan itu, Densus 88 mencoba ikut menangkap istri dari Abu Hamzah. Tetapi, sang istri tak menurut dan memilih untuk melakukan upaya perlawanan. Yaitu, dengan mendekam di dalam rumah bersama anaknya dan mengancam mengancam meledakkan bom.
Densus 88 berusaha membujuk keduanya untuk keluar rumah. Tetapi, sampai Selasa (12/3) tengah malam, bujukan petugas keamanan mentah. Pada Rabu (13/3) dini hari, sekitar pukul 01:20 WIB, usaha membujuk istri keluar rumah berujung pada aksi ledakan bunuh diri.
Dua kali ledakan beruntun mengejutkan warga di sekitar lokasi kejadian. Kepolisian mengatakan, bom diduga jenis bom lontong yang dirakit mandiri, dengan daya ledak yang terbilang kecil. Tetapi, lantaran berjumlah banyak, bom tersebut berdampak cukup besar.