REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pilot pesawat pada setidaknya dua penerbangan AS telah melaporkan sistem otomatis tampaknya menyebabkan pesawat Boeing 737 MAX 8 yang mereka operasikan miring tiba-tiba. Pilot mengatakan, segera setelah menggunakan autopilot pada pesawat Boeing 737 MAX 8, hidung pesawat miring ke bawah.
Dilansir di Time, Rabu (13/3), dalam kedua kasus itu mereka pulih dengan cepat setelah menonaktifkan autopilot. Namun, seperti yang dijelaskan oleh pilot, masalahnya tidak muncul terkait dengan sistem antistall otomatis baru yang diduga berkontribusi terhadap kecelakaan Oktober yang mematikan di Indonesia.
Investigasi The Dallas Morning News menemukan lima keluhan mengenai basis data federal yang memungkinkan pilot dapat secara sukarela melaporkan insiden penerbangan. Beberapa bulan sebelum Ethiopian Airlines jatuh, seorang kapten mengatakan, pedoman penerbangan sangat tidak memadai.
Lebih dari 40 negara menangguhkan operasi Boeing 737 MAX 8 setelah kecelakaan di Etiopia atau kecelakaan fatal kedua dalam waktu kurang dari lima bulan. Namun, di AS, Administrasi Penerbangan Federal (FAA) dan maskapai penerbangan terus mengizinkan pesawat tersebut terbang.
American Airlines dan Southwest Airlines mengoperasikan 737 MAX 8. United Airlines menerbangkan versi yang sedikit lebih besar, MAX 9. Ketiga maskapai dijamin untuk keamanan seri MAX pada Rabu (13/3).
Laporan percontohan diajukan tahun lalu di sebuah pangkalan data yang disusun oleh NASA. Itu adalah laporan keselamatan sukarela dan tidak mengungkapkan secara terbuka nama-nama pilot, maskapai penerbangan atau lokasi insiden. Tidak jelas apakah hal ini mengarah ke tindakan apa pun oleh FAA atau maskapai pilot.
Dalam satu laporan, seorang kapten maskapai mengatakan segera setelah menempatkan pesawat pada autopilot, kopilot menyebut "turun," diikuti oleh peringatan kokpit audio, "Jangan jatuh, jangan jatuh!" Kapten segera memutus autopilot dan melanjutkan terbang naik.
"Dengan kekhawatiran mengenai hal-hal yang membuat hidung pesawat MAX 8 turun, kami berdua pikir itu tepat untuk menjadi perhatian. Tebakan terbaik dari saya adalah fluktuasi kecepatan udara karena sistem cuaca singkat yang membanjiri otomasi pesawat," tulis kapten.
Pada penerbangan lain, kopilot mengatakan, beberapa detik setelah menggunakan autopilot, hidung pesawat miring ke bawah dan pesawat mulai turun pada ketinggian 1.200 hingga 1.500 kaki (365 hingga 460 meter) per menit. Seperti pada penerbangan lainnya, sistem peringatan ketinggian rendah pesawat mengeluarkan peringatan audio. Kapten memutus autopilot dan pesawat mulai naik.
Para pilot membahasnya kemudian. "Tetapi tidak dapat memikirkan alasan apa pun mengapa hidung pesawat terbang ke bawah dengan sangat agresif," kata kopilot itu.
Informasi awal yang dikeluarkan oleh para penyelidik Indonesia menunjukkan, mereka melihat kemungkinan peran teknologi anti-stall otomatis di seri MAX yang baru sebagai faktor dalam kecelakaan Lion Air pada bulan Oktober tak lama setelah lepas landas dari Jakarta. Data menunjukkan para pilot berjuang dengan perintah otomatis hidung pesawat turun, berulang kali sebelum menabrak Laut Jawa dan menewaskan 189 orang.
Namun, menurut dokumen yang Boeing bagikan dengan maskapai penerbangan dan FAA, sistem anti-stall (MCAS) itu hanya aktif jika autopilot dimatikan. "Autopilot harus dimatikan agar MCAS bekerja," ujar pilot American Airlines Dennis Tajer tentang insiden yang dilaporkan ke NASA.