REPUBLIKA.CO.ID, PADANG- Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian mengatakan Indonesia masih menyimpan bibit-bibit konflik yang berpotensi membuat NKRI terpecah belah. Penyebabnya kata Tito karena Indonesia masih didominasi oleh penduduk dalam kategori kelas bawah. Di negara manapun di dunia menurut Kapolri dominasi kelas bawah selalu berpotensi terjadinya konflik akibat kecemburuan terhadap kelas menengah dan kelas atas. Kecemburuan sosial itu bisa dari perbedaan suku, agama dan ras. Namun, ia beranggapan yang paling berpotensi untuk memecah belah bangsa adalah isu agama.
"Setiap perbedaan yaitu perbedaan suku, agama, ras selalu mengandung konflik. Yang paling rawan adalah perbedaan agama. Kalau sudah atas nama Tuhan itu sudah sangat rawan," kata Tito saat menyampaikan pidato di Acara Kovensi Nasional Pendidikan Indonesia di Auditorium Universitas Negeri Padang, Kamis (14/3).
Kapolri mengatakan Indonesia tetap berdiri sebagai negara kesatuan sejak 1945 sampai sekarang merupakan hal yang patut disyukuri. Indonesia, sejak berdiri sudah berisikan penduduk yang beragam suku, ras dan agama. Selama perjalanan negara ini, kata Kapolri selalu dibayangi perpecahan tetapi sampai sekarang Indonesia masih tegak berdiri.
Tito membanggakan eksistensi berdiri tegak NKRI karena tidak banyak negara besar yang lolos dari ancaman perpecahan. Tito mencontohkan Uni Soviet, Balkan, Yugoslavia yang akhirnya terpecah-pecah menjadi negara-negara kecil karena tidak mampu meredam gejolak konflik.
Aparat keamanan meliputi Polri dan TNI akan terus berupaya menumpas bibit-bibit konflik. Apalagi konflik tersebut merupakan 'titipan' dari pihak asing yang menginginkan Indonesia terpecah belah.
Di samping itu, Polri dan TNI selalu mendukung pemerintah dalam penguatan ekonomi supaya masyarakat low class bergerak menuju middle class. Sebab sebuah negara akan terjamin aman dari konflik bila jumlah middle class-nya sudah sangat dominan. Dengan kata lain tidak ada lagi kecemburuan sosial terhadap strata ekonomi.
"Stabilitas ekonomi kita harus dijaga. Jumlah pengangguran harus ditekan. Supaya tidak ada lagi kecemburuan," ujar Tito.