REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS -- Kelompok hak asasi manusia, Kamis (14/4), mengatakan empat orang terbunuh dan setidaknya 300 lainnya ditahan akibat protes dan penjarahan yang terjadi selama pemadaman nasional Venezuela.
Pemandaman yang terjadi sejak pekan lalu dinilai sebagai pemadaman terburuk yang pernah terjadi di Venezuela. Pemadaman ini terjadi setelah masalah teknis yang dinilai pemerintah Presiden Nicolas Maduro sebagai bentuk tindakan sabotase yang didukung Amerika Serikat (AS).
Kelompok-kelompok hak asasi manusia Provea dan Observatorium Sosial Konflik Venezuela mengatakan melalui Twitter tiga orang tewas di negara bagian Lara dan satu orang tewas di negara bagian Zulia. Namun, belum diketahui dengan jelas penyebab kematiannya.
Di tempat yang berbeda, Alfredo Romero dari kelompok hak asasi manusia Foro Penal mengatakan melalui konferensi pers sebanyak 124 orang telah ditahan. Penahanan tersebut dilakukan karena protes atas layanan publik sejak pemadaman 8 Maret dan 200 lainnya ditangkap karena penjarahan.
Pemadaman yang terjadi semenjak seminggu lalu, membuat rumah sakit berjuang keras untuk menjaga peralatan tetap berjalan dan berusaha menjaga makanan awet meskipun kebanyakan sudah membusuk. Organisasi nonpemerintah, Doctors for Health mengatakan, 26 orang meninggal di rumah sakit umum selama pemadaman listrik. Bahkan di negara bagian barat Zulia mengalami penjarahan hebat yang melanda sekitar 350 bisnis.
Krisis di Venezuela semakin meningkat setelah sang pemimpin yakni Nicolas Maduro dinilai tak sanggup mengelola ekonomi negara dengan baik. Akhirnya pada Januari lalu, pemimpin oposisi Juan Guaido, menyatakan diri sebagai presiden. Pada hari yang sama, AS mengakui Guaido sebagai presiden sementara Venezuela seperti yang dilakukan negara-negara Grup Lima, kecuali Meksiko.