REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terus mendorong BUMN melakukan inovasi guna meningkatkan kinerja perseroan. Salah satu inovasi tersebut dengan pembentukan holding dan melakukan penawaran saham perdana (IPO).
Deputi Jasa Keuangan dan Perbankan Kementerian BUMN Gatot Trihargo mengatakan inovasi struktur pengelolaan BUMN untuk menjamin peningkatan kinerja dan nilai tambah yang maksimal bagi masa depan bangsa Indonesia. “BUMN perlu menjadi mandiri dan berkelanjutan secara finansial serta mampu menciptakan manfaat finansial, di luar mandatnya sebagai agen pembangunan untuk negeri,” ujarnya ketika dihubungi Republika.co.id, Jumat (15/3).
Gatot menjelaskan holding dan IPO merupakan dua aksi koorporasi yang berbeda. Pembentukan holding akan meningkatkan kapasitas perusahaan supaya lebih efisien, memotong panjangnya proses pengambil keputusan di internal BUMN dan mampu berdaya saing.
“Holding akan membantu menyelesaikan persoalan keuangan (peningkatan kapasitas keuangan) serta membantu program pemerintah dimana BUMN dikelola secara komersial, kompetitif dan profesional,” jelasnya.
Sementara, pihaknya juga meminta BUMN untuk melakukan IPO guna mencari alternatif sumber pendanaan bagi perusahaan BUMN dalam menjalankan usaha. Sumber dana yang diperoleh perusahaan dari IPO dapat digunakan untuk kegiatan ekspansi usaha, perbaikan struktur permodalan perusahaan dan pelunasan utang.
“Untuk BUMN tahun ini tidak ada rencana IPO. Sedangkan untuk anak usaha BUMN masih dalam tahap kajian,” ungkapnya.
Berdasarkan hasil kajian dari Lembaga Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LM FEB UI), terdapat empat kuadran BUMN di Indonesia yang dapat diidentifikasi. Pertama, relatif kecil atau spin-off (profitable kecil dan nilai sosial kecil). Kedua, BUMN dengan tugas khusus (profitable kecil dan nilai sosial besar). Ketiga, paripurna dalam menghasilkan keuntungan dan dampak sosial (profitable besar dan nilai sosial besar). Keempat, BUMN yang teridentiflkasi mampu menghasilkan laba besar tetapi dampak sosial relatif kecil (profitable besar dan nilai sosial kecil). Direktur LM FEB UI Toto Pranoto mengatakan di Indonesia, BUMN memiliki dua fungsi. Yaitu sebagai entitas bisnis dan tugas sosial untuk membantu pemerintah dalam pembangunan.
Karena itu, IPO dapat menjadi salah satu instrumen untuk meningkatkan kapasitas BUMN dalam permodalan. “Lebih banyak dampak positif karena IPO membuat perusahaan harus dikelola secara baik dan harus transparan kepada publik,” kata Toto di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (13/3).