REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perindustrian Airlangga Hartato mengatakan, industri alas kaki sedang diprioritaskan pengembangannya karena merupakan sektor padat karya yang berorientasi ekspor. Sementara dalam neraca dagang Februari 2019 yang diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor Indonesia mengalami penurunan.
Nilai ekspor pada Februari tercatat mencapai 12,53 miliar dolar AS atau mengalami penurunan sebesar 10,03 persen dari bulan Januari yang mencapai 12,69 miliar dolar AS. Demikian juga dibanding Februari 2018 yang menurun 11,33 persen.
Kendati demikian, Airlangga optimistis produk alas kaki nasional akan mengalami peningkatan mencapai 6,5 miliar dolar AS pada 2019 dan menjadi 10 miliar dolar AS dalam empat tahun ke depan.
“Apalagi Indonesia sudah tandatangan dengan Australia dalam IA-CEPA (perjanjian dagang komprehensif Indonesia-Australia),” katanya dalam keterangan pers yang diterima Republika.co.id, Jumat (15/3).
Airlangga menegaskan, pemerintah terus berupaya melakukan kebijakan strategis untuk mendorong industri alas kaki di Indonesia agar semakin meningkatkan kapasitas produksinya sehingga dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri sekaligus menjadi substitusi impor atau mengisi pasar ekspor.
Oleh karena itu, kata dia, guna lebih menggenjot daya saing industri alas kaki nasional, pemerintah siap menjalankan beberapa langkah, antara lain kemudahan akses terhadap bahan baku, peningkatan kompetensi SDM melalui pendidikan vokasi yang link and match antara SMK dengan industri, serta implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0 dalam menyongsong revolusi industri 4.0, paparnya.