REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Pelatihan tingkat nasional bagi para ustaz mulai digelar di Depok, Jawa Barat. Acara itu bertajuk Penguatan Kader Muballigh dan Muballighah Tingkat Nasional 2019. Durasinya berlangsung selama empat hari, sejak Kamis (14/4) hingga Ahad (17/3) nanti.
Acara itu terlaksana sebagai hasil kerja sama antara Direktorat Penerangan Agama Islam, Ditjen Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama (Kemenag), dan Komisi Dakwah dan Pemberdayaan Masyarakat MUI Pusat.
Secara umum, rangkaian kegiatan yang berpusat di Hotel Bumi Wiyata Depok itu bertujuan memberikan penguatan materi dan metodologi dakwah kepada para mubaligh dan mubalighah. Dengan begitu, moderasi kehidupan beragama di Indonesia dapat terus terpelihara.
"Tentu kami berharap seluruh organisasi masyarakat Islam dapat bersinergi dalam penguatan kader mubaligh dan mubalighah," ujar wakil ketua panitia acara ini, Subhan Nur, di Hotel Bumi Wiyata, Depok, Jawa Barat, Jumat (15/3).
Menurut Subhan, salah satu permasalahan dakwah di Tanah Air saat ini adalah rendahnya jumlah mubaligh dan mubalighah. Karena itu, persebaran mereka tidak merata di seluruh wilayah Indonesia.
"Salah satu faktor krisis mubaligh dan mubalighah disebabkan belum efektifnya sistem kaderisasi di kalangan muda. Untuk itu, harus ditingkatkan volume dan mutu kaderisasi dikalangan muda untuk dipersiapkan menjadi mubaligh dan mubalighah yang andal dan kompeten," tutur Subhan.
Jumlah mubaligh dan mubalighah perlu ditingkatkan sehingga dakwah Islamiyah kian merata di seluruh Indonesia. Untuk itu, perlu langkah-langkah strategis dalam memenuhi kekurangan mubaligh dan mubalighah.
"Kemenag, pemerintah daerah, dan lembaga dakwah harus memberikan perhatian khusus agar dakwah tidak terhenti di wilayah kota, tapi mampu menjangkau wilayah terpencil, terluar, dan terjauh," ujar Subhan.
Adapun tujuan acara ini yaitu mewujudkan kaderisasi mubaligh dan mubalighah. Ada sejumlah prinsip yang mesti diikuti, yakni efektif, transparan, dan akuntabel. Selain itu, para calon dai diharapkan memiliki pengetahuan, wawasan, keterampilan, dan profesionalitas.
"Diharapkan juga melahirkan mubaligh dan mubalighah yang tentunya memiliki wawasan Islam wasathiyah," ucap Subhan.
Kegiatan Penguatan Kader Muballigh dan Muballighah Tingkat Nasional 2019 diikuti 110 mubaligh dan mubalighah dari seluruh provinsi di Indonesia. Masing-masing provinsi mengirimkan dua mubaligh dan satu mubalighah.
"Kami senang dengan adanya kegiatan ini karena dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta keterampilan dalam berdakwah," ujar Zikra, Mubaligh asal Sumatra Barat (Sumbar).
Mubalighah asal Yogyakarta, Uyun Latifah, mengaku senang dapat mengikuti kegiatan Penguatan Kader Muballigh dan Muballighah Tingkat Nasional 2019. "Saya mendapat banyak pengetahuan dan wawasan sebagai mubalighah dalam berdakwah. Saya juga dapat mengetahui dan memahami Islam wasathiyah serta wawasan kebangsaan," tutur dia.
Mubaligh asal Jawa Tengah (Jateng), Roi Hutdin, mengutarakan, selama ini saat berdakwah ia tidak pernah melihat ada pedoman yang perlu dimiliki. Semua itu dilakukan hanya berdasarkan pengetahuan dan pengalaman saja. "Di era milenia saat ini, dakwah cukup banyak tantangannya. Kita harus mampu menguasai materi dakwah yang kekinian yang dikombinasikan dengan wawasan keagamaan," ujarnya.