REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Suatu ketika, Rasulullah Muhammad SAW sedang melakukan perjalanan bersama sejumlah sahabat. Di antaranya adalah Mu'adz bin Jabal. Dialah sosok dari kalangan Anshar yang dijuluki Nabi SAW sebagai orang yang alim dalam menerangkan ihwal haram dan halal.
Dalam setiap safar, Rasulullah SAW tidak jarang menuturkan kisah atau percakapan yang banyak mengandung hikmah. Demikian pula dengan kesempatan kali ini. Untuk diketahui, Mu'adz bin Jabal merupakan salah satu dari enam orang sahabat terdekat beliau yang diperkenankan memberikan fatwa kepada kaum Muslimin, kapanpun sang utusan Allah itu sedang tidak bersama mereka.
Adapun lima orang lainnya yang termasuk kelompok istimewa ini adalah 'Umar bin Khaththab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Ubay bin Ka'ab, dan Zaid bin Tsabit. Keimanannya memang sudah teruji sejak sebelum Rasulullah SAW hijrah dari Makkah ke Madinah. Mu'adz termasuk di antara 72 orang peserta Perjanjian Aqabah kedua. Saat itu, usianya baru 20 tahun.
Dalam perjalanan ini, Rasulullah SAW membonceng pada unta yang dikendarai Mu'adz bin Jabal. Langkah kaki unta ini tidak terlalu cepat, tidak pula terlalu lambat. Tiba-tiba Nabi SAW memanggil sahabatnya itu, "Wahai Mu'adz bin Jabal."
Yang dipanggil segera menjawab penuh hormat, "Saya, wahai Rasulullah."
Namun, tidak ada kata-kata lainnya dari beliau. Maka Mu'adz kembali fokus pada mengemudikan untanya.
Beberapa saat kemudian, Rasulullah memanggil namanya lagi. Mu'adz bin Jabal menyambut panggilan itu dengan penuh takzim. Demikian tiga kali Nabi SAW memanggilnya, barulah kemudian beliau bersabda, "Tahukah engkau apa kewajiban manusia terhadap Rabbnya?"
"Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui," jawab Mu'adz.
"Sungguh, kewajiban manusia terhadap Rabbnya adalah menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun," jelas beliau.
Setelah itu, Nabi SAW kembali memanggil sahabatnya itu, "Wahai Mu'adz bin Jabal."
"Baik, ya Rasulullah," sambut Mu'adz.
"Apakah engkau tahu apa itu hak yang mesti dipenuhi Allah atas hamba-Nya bila dia telah melakukan (kewajibannya) itu?"
"Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui," kata Mu'adz.
"Allah tidak menyiksa mereka," terang Nabi SAW.