REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Para demonstran menjarah toko-toko di jalan Champs-Elysees selama protes rompi kuning di Paris, pada Sabtu (16/3). Toko pakaian pria Boss, dan restoran Fouquet kelas atas termasuk di antara tempat yang jadi sasaran.
Kelompok-kelompok pemrotes bertopeng melemparkan batu ke arah polisi. Petugas membalas dengan menembakkan gas air mata untuk membubarkan pengunjuk rasa yang mendirikan barikade di dekat Champs-Elysees. Tak hanya itu, polisi juga merespons dengan menembakan meriam air.
Baca Juga
Kerumunan besar demonstran ini telah berkumpul di jalan Champs-Elysees selama 18 pekan berturut-turut. Mereka melakukan protes anti-pemerintah, yang sempat mengguncang pemerintahan Presiden Pramncis, Emmanuel Macron.
Demonstran memaksa Macron untuk mengadopsi lebih banyak langkah-langkah anti-kemiskinan. Akan tetapi tampaknya pemerintah gagal dalam beberapa pekan terakhir.
Dimulai pada November lalu, puluhan warga Prancis turun ke jalan untuk memprotes kenaikan pajak bahan bakar. Dan saat ini permintaan mereka terus meluas, termasuk menginginkan pemerintah untuk memberikan upah yang lebih baik, pajak lebih rendah, dan lainnya. Rompi kuning disematkan sesuai dengan rompi yang mereka kenakan saat beraksi.
Menurut pihak berwenang, pada pekan lalu, hanya sekitar 28 ribu orang berdemonstrasi di seluruh negeri. Jumlah tersebut mencapai sepersepuluh dari jumlah demonstran pada 17 November.
Penyelenggara protes Sabtu menyebut aksi ini sebagai tanda ultimatum untuk Macron. Ini dapat memicu kekhawatiran kembali terjadi kekerasan, yang menjadi ciri demonstrasi sebelumnya.
Seorang insinyur yang berada di antara para pengunjuk rasa, Laurent Casanova mengatakan, ia datang untuk menandai akhir dari konsultasi. "Kami telah bersabar tetapi sekarang kami menginginkan hasil," kata Casanova dilansir dari laman Channel News Asia, Sabtu (16/3).
Protes tersebut merupakan salah satu dari beberapa yang direncanakan di Paris pada Sabtu. Mereka juga merencanakan adanya "March of The Century".
Sebuah penjagaan keamanan telah dipasang di sekitar Champs-Elysees, tempat peringatan perang Arc de Triomphe.
Pada Desember, Macron berusaha untuk menghentikan pergerakan dengan menjanjikan 10 miliar euro. Ini dikucurkan dalam pemotongan pajak, dan tunjangan untuk pekerja yang dibayar rendah.
Dia juga meluncurkan debat nasional besar di internet. Selain itu, mengadakan pertemuan balai kota untuk mengumpulkan pendapat tentang bagaimana negara itu bisa direformasi.
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement