REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR – Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung, Prof Mahmud, mengajak umat Muslim tetap menjaga kondusivitas dalam negeri pasca-peristiwa penembakan di Selandia Baru. Bagaimanapun kejahatan tidak boleh dibalas dengan kejahatan lagi.
"Semuanya ada mekanismenya, jadi tidak boleh kejahatan kemanusiaan dilawan dengan cara jahat lagi. Jadi umat Islam harus menahan diri, nggak boleh melakukan tindakan yang di luar koordinasi," kata Ketua Koordinatorat Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta (Kopertais) Wilayah Jabar-Banten ini kepada Republika.co.id di Gunung Menyan, Pamijahan, Kabupaten Bogor, Sabtu (16/3).
Mahmud juga mengutuk apa yang dilakukan pelaku penembakan di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru. Menurutnya, apa pun bentuk kekerasan tentu tidak ada dalil yang membenarkan.
Namun, dia mengingatkan, umat Islam tidak boleh melakukan tindakan yang sporadis.
"Kita ikuti saja kebijakan pemerintah. Dan kita tentu turut berbelasungkawa terhadap umat Islam di sana," kata ini.
Perguruan tinggi, papar Mahmud, akan terus berupaya melakukan berbagai cara dalam membangun pemahaman Islam yang rahmatan lil 'alamin.
Dia meyakini umat Muslim di Indonesia sudah dewasa sehingga mampu menahan diri dan tetap tenang dalam situasi apa pun yang dihadapi.
"Umat Islam di Indonesia ini sudah luar biasa. Islamnya kan Islam wasathiyah, Islam moderat, rahmatan lil alamin. Dan kita dari perguruan tinggi akan berusaha bagaimana membangun pemahaman Islam rahmatan lil alamin," ucapnya.
Mahmud juga mengingatkan bahwa Islam itu shalihun li kulli zaman wa makan, yang berarti sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi zaman. Karena itu, sekali pun ada di dalam situasi tertentu, maka tidak boleh bagi umat Islam untuk melakukan pertentangan.
"Islam itu aktual, di negeri mana pun Islam bisa hidup. Ini yang perlu kita sosialisasikan bagaimana mengantarkan Islam yang rahmatan lil alamin. Saya kira kalau kita semuanya rahmatan lil alamin itu akan nyaman," kata dia.