REPUBLIKA.CO.ID, CHRISTCHURCH -- Jill Keats (66 tahun) berkendara santai di Deans Avenue, Christchurch, Selandia Baru, Jumat (15/3) siang. Dia sedang dalam perjalanan menuju pusat perbelanjaan.
Betapa kagetnya Keats saat mendengar suara-suara seperti petasan. Lantas, dia melihat pria muda berlari di jalan. Keats segera menyadari bahwa dia salah paham soal sumber bunyi letupan.
"(Suaranya) tiba-tiba menjadi sangat keras, saya berpikir itu bukan petasan. Para pria itu jatuh, satu ke sisi kiri mobil saya dan satu ke sisi kanan," katanya, dikutip dari laman Buzzfeed News.
Keats menghentikan mobil karena terkejut dan harus membungkuk di kursi untuk menghindari tembakan peluru. Setelah mereda, dia menolong korban, dibantu oleh pengemudi mobil lain di belakangnya.
Mereka membopong korban yang terluka ke kursi belakang mobil untuk melindunginya dari tembakan lain. Dengan perlengkapan pertolongan pertama, mereka berdua mulai membalut luka korban.
Keats mengatakan, semula dia gemetar sangat keras. Untungnya, seorang lelaki Muslim yang baik hati datang dan memberinya bantuan menekan luka. Korban yang dikompresi masih siuman dan berusaha menelepon istrinya.
"Aku mengambil alih telepon dan mengatakan, 'Suamimu ditembak di luar masjid. Jangan datang ke sini, kau tak akan bisa melintas. Tolong pergi ke rumah sakit dan tunggu dia di sana'," ucap Keats.
Lalu, Keats terus bicara dengan sang pria agar bertahan dan tidak menyerah, mengingatkan istrinya menunggu di rumah sakit. Kompresi terus dilakukan sampai bantuan tiba.
Sayangnya, pria lain yang terjatuh telah meninggal dunia. Keats mengaku tidak bisa segera beranjak ke posisi pria itu karena dia berada di arah datangnya tembakan.
Keats mengaku hatinya hancur mengalami kejadian itu. "Usia saya 66 tahun. Saya tidak pernah berpikir dalam hidup saya akan melihat sesuatu seperti ini. Tidak di Selandia Baru," ujarnya.