REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Dewan Muslim Inggris (MCB) menyerukan pemerintah agar menyediakan lebih banyak dana untuk masjid-masjid. Hal itu mengingat kekhawatiran keamanan yang muncul setelah serangan teror yang terjadi di masjid di Selandia Baru.
Mengingat tingkat kejahatan berlatan kebencian yang belum pernah terjadi sebelumnya, MCB menekankan pentingnya pemerintah untuk menyediakan dana proporsional bagi lembaga-lembaga Muslim.
"Setelah pembantaian yang menewaskan 50 Muslim di dua masjid dalam serangan teroris di Selandia Baru, banyak yang khawatir kekejaman semacam itu dapat terulang di sini karena meningkatnya sentimen anti-Muslim," kata seorang juru bicara MCB kepada Metro.co.uk, Senin (18/3).
Juru bicara MCB mengatakan, mereka mengharapkan keadilan ketika komunitas Muslim menghadapi tingkat pengawasan dan kebencian yang belum pernah terjadi sebelumnya. Salah satu masjid yang menggemakan seruan untuk tingkat pendanaan yang proporsional itu adalah Masjid Pusat Luton. Luton telah memperlihatkan ancaman yang tumbuh dari kelompok sayap kanan, seperti Liga Pertahanan Inggris dan Britain First.
Pada Juni 2014, anggota Britain First memfilmkan aksi dengan menyerbu Masjid Bury Park di Luton. Ia membagikan selebaran dan Alkitab. Sekretaris jendral Masjid Pusat Luton, Tanvir Munir, menggemakan seruan untuk peningkatan tingkat pendanaan, mengingat meningkatnya tingkat kejahatan rasial yang diarahkan ke komunitas Muslim. Ia mengatakan, masjid belum menerima dana khusus untuk langkah-langkah keamanan.
"Jika ada dana khusus yang tersedia untuk keamanan tempat ibadah maka masuk akal untuk diberikan pada pijakan yang sama karena meningkatnya sentimen anti-Muslim dan ancaman yang kita hadapi," kata Munir.
Tanvir juga menekankan masalahnya bukan hanya tentang pendanaan, tetapi juga tentang menerima panduan dan informasi yang tepat mengenai langkah-langkah keamanan dari otoritas terkait. Ia mengatakan, masjid khawatir tentang keamanan setelah serangan teroris di Selandia Baru.
Ia mengatakan, mereka ingin tetap seterbuka mungkin tanpa batasan. Karena kekhawatiran yang muncul itulah, masjid menerapkan tindakan darurat baik sebelum dan sesudah shalat, terutama, mengingat ada sejumlah besar anak datang dan pergi di malam hari.
Sebelumnya pada Jumat lalu, dua masjid di Christchurch, Selandia Baru, diserang oleh seorang supremasi kulit putih yang menyandang senapan. Ia menembak ke arah jamaah yang telah melaksanakan shalat Jumat. Setidaknya 50 orang meninggal dalam insiden penembakan tersebut. Brenton Tarrant (28 tahun), merupakan warga Australia yang dilaporkan sebagai pelaku penyerangan.