Senin 18 Mar 2019 18:44 WIB

Pemerintah Didesak Gencarkan Promosi Pariwisata

PHRI menilai target 20 juta kunjungan wisman cukup berat.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Indira Rezkisari
Wisatawan mancanegara mengunjungi Museum Bahari di Penjaringan, Jakarta, Rabu (24/1).
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Wisatawan mancanegara mengunjungi Museum Bahari di Penjaringan, Jakarta, Rabu (24/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Haryadi Sukamdani menyampaikan promosi adalah ujung tombak dari upaya peningkatan target wisatawan ke dalam negeri pada 2019. Pemerintah juga perlu memberikan insentif berupa uang khususnya bagi maskapai dan industri wholesale.

"Harus ada anggaran untuk mempromosikan produknya, untuk iklan," kata dia kepada Republika, Senin (18/3).

Ia berpendapat target 20 juta kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) cukup berat karena tantangan masih besar. Tahun lalu, realisasi kedatangan wisman yakni 15,8 juta orang. Menurut Haryadi, industri memperkirakan target 17-18 juta orang masih realistis tercapai.

Haryadi mengatakan ekonomi dunia masih melambat. Ditambah dengan bayang-bayang bencana yang terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia. Hal ini dapat berpengaruh pada minat kedatangan wisatawan.

"Tapi kalau perkirakaan kami, jika target di angka 17-18 juta kemungkinan besar masih bisa kita raih," katanya.

Haryadi mengatakan pemerintah tahun ini perlu konsentrasi pada mempromosikan produk wisata, baik berupa paket mau pun kemudahan akses. Menurutnya, paket wisata hingga promo atau hot deals sebenarnya sudah tersedia. Hanya tinggal pemasaran saja.

Salah satu masalah utama adalah anggaran. Dana terbatas untuk promosi membuat penjualan kurang signifikan. Padahal, kata Haryadi hal itu bisa diatasi dengan penentuan fokus pasar. Jika dana terbatas, pemasaran bisa dilakukan di ASEAN saja karena pendapatannya pun masih lumayan.

"Dana promosi itu harus ada dari pemerintah, masa dibayarin industri," kata dia.

Pemerintah juga harus fokus pada pemasaran melalui media digital. Harus ada pihak yang secara khusus mengurusnya agar penetrasi bisa luas, mendalam, terencana dan lebih terstruktur.

Selain itu, akses penerbangan menjadi tantangan selanjutnya. Harga tiket pesawat domestik kini kurang bersahabat sehingga wisatawan kesulitan mobilisasi. Haryadi mengatakan saat low season sekarang, masyarakat masih enggan memesan tiket perjalanan karena mahal.

"Low season masih begini, ini bisa-bisa membuat target kita meleset jauh," kata dia.

Terkait akomodasi lain seperti hotel, restoran, infrastruktur, destinasi, menurutnya sudah bukan jadi masalah lagi. Hotel tersedia dalam jumlah memadai mulai dari harga termurah hingga tertinggi.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement