REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Wakil Menteri Luar Negeri RI, Abdurrahman Mohammad Fachir, menyatakan keprihatinannya atas peristiwa penembakan brutal di dua masjid di Kota Christchurch, Selandia Baru. Ia pun mengajak peserta Regional Seminar and Workshop for ASEAN Journalists untuk mengheningkan cipta bagi para korban.
“Kami cukup kaget dengan apa yang terjadi di Selandia Baru, negara yang sangat dikenal damai, sangat toleran, kejadian itu ada,” ujarnya di Ayodya Resort, Denpasar Bali, Senin (18/3).
Pemerintah Indonesia sangat sedih karena peristiwa tersebut memakan banyak korban, termasuk warga Indonesia. Peristiwa ini, menurut Fachir, menjadi pelajaran bagi Indonesia bahwa terorisme bisa terjadi di mana saja.
Fachir mengatakan, penanganan terorisme tidak bisa hanya dilakukan oleh pemerintah saja, namun membutuhkan keterlibatan elemen lain. Saat ini, Kemenlu telah menyampaikan standar yang harus dilakukan pascakejadian bagi WNI.
Seorang gadis kecil berjalan untuk meletakkan bunga di dinding Kebun Raya di Christchurch, Selandia Baru, Ahad, (17/3/2019). Meletakkan bunga sebagai aksi solidaritas pascapenembakan di dua masjid kota Christchurch pada Jumat (15/3).
Kemenlu telah mengimbau kepada WNI di sana agar selalu waspada terhadap segala situasi. Terutama ketika mereka berada di tempat yang diperkirakan rawan. Selain itu, WNI juga diimbau agar mengikuti arahan pemerintah setempat.
"Itu penting karena kasus ini sedang ditangani pemerintah tempat,” kata Fachir.
Peristiwa penembakan brutal tersebut menewaskan 50 korban, salah satunya warga Negara Indonesia. Insiden tersebut mengguncang dunia karena selama ini Selandia Baru dikenal dengan negara paling damai di dunia.