Selasa 19 Mar 2019 09:30 WIB

John Legend Minta Trump Minta Maaf ke Umat Islam

Trump dipandang Legend bertanggung jawab menebarkan kebencian.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Indira Rezkisari
John Legend
Foto: EPA
John Legend

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyanyi Amerika John Stephens atau akrab disapa John Legend menilai, Presiden Trump perlu menentang ideologi kebencian yang kerap dilontarkannya. Legend juga mendesak Trump meminta maaf telah menjelekkan umat muslim pascatragedi penembakan di masjid daerah Christchurch Selandia Baru yang menewaskan 50 orang.

"Dia perlu meminta maaf karena telah menjelekkan umat Islam," kata Legend dalam wawancara diterbitkan oleh Now This on Sunday seperti dilansir dari Fox News, Selasa (19/3).

Baca Juga

Selain itu, John Legend juga menyatakan, Trump harus meminta maaf karena telah menjelekkan orang berkulit cokelat yang telah mencoba datang ke Amerika dan memiliki kehidupan yang lebih baik. Karena Trump menyebut bahwa mereka yang ingin datang, bekerja dan memberi makan keluarga di Amerika disebut sebagai invasi.

Trump memang menanggapi aksi teror Christchurch sebagai hal yang dinilainya mengerikan. Tetapi kemudian Trump mengatakan bahwa imigran ilegal yang ingin memasuki AS adalah bagian dari invasi.

"Ketika orang-orang yang memiliki pengaruh dan status seperti itu mendukung ideologi jahat yang penuh kebencian, itu membuat mereka yang berani keluar dan melakukan sesuatu yang benar-benar jahat dan jahat, seperti yang terjadi di Selandia Baru. Kita perlu presiden untuk menentangnya,” ungkap Legend.

Menurut Legend, Trump telah salah menggunakan retorika ini dan siapa pun yang mendorong atau mendukung ideologi kebencian perlu meminta maaf juga. "Mereka harus memperjelas bahwa kita tidak dapat menggunakan retorika kekerasan semacam ini yang mengarah pada tindakan kekerasan semacam ini," kata dia

Dia menambahkan bahwa supremasi kulit putih adalah ancaman global yang terinspirasi dari Amerika dan Presiden Amerika. Untuk itu dia mendesak agar Trump perlu mengatakan bahwa itu adalah kejahatan dan dia tidak mendukung gerakan supremasi kulit putih.

Pelaku penembakan massal di Christchurch menyebut Trump simbol identitas kulit putih yang diperbarui. Trump namun meremehkan segala ancaman yang ditimbulkan oleh kaum supremasi kulit putih. Trump bahkan tidak percaya bahwa supremasi kulit putih adalah ancaman yang meningkat di seluruh dunia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement