REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak 1.613 personel gabungan melakukan penanganan darurat di Sentani, Jayapura, Papua pascabanjir bandang yang terjadi Sabtu (16/3). Masa tanggap darurat diberlakukan selama 14 hari untuk mencari dan menemukan korban-korban longsor dan banjir yang belum ditemukan.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan 89 orang meninggal dunia dalam bencana alam tersebut. Sedangkan 74 orang lainnya masih belum diketahui keberadaan dan nasibnya.
Kepala Basarnas Bagus Puruhito mengatakan akan terus membantu pencarian terhadap mereka yang masih berstatus hilang. Basarnas juga akan selalu mengecek dan mengupayakan peningkatan pencarian korban. "Kami membutuhkan peralatan berat (eksavator) untuk (mempercepat) evakuasi dan pencarian korban" ujarnya dalam siaran pers yang diterima Republika, Selasa (19/3).
Bagus juga berujar selama 14 hari tim gabungan akan terus berupaya agar proses evakuasi berjalan lancar dan semua korban dapat ditemukan. "Selama masa tanggap darurat 14 hari ini, setiap hari akan ada rapat koordinasi untuk mempermudah evakuasi dan penanganan yang efektif," ungkapnya.
Banjir bandang terjadi di wilayah Sentani, Jayapura, Papua pada Sabtu (16/3) pukul 21.30 WIT. Banjir Bandang menerjang kelurahan Dobonsolo, Doyo Baru, Hinekombe, Hobong, Ifale, Ifar Besar, Keheran, Sentani Kota, Sereh, dan Yobhe.
Banjir bandang juga mengakibatkan 350 unit rumah milik penduduk rusak berat. Tercatat 211 rumah BTN di Bintang Timur Sentani terendam banjir, delapan sekolah rusak, serta ada tiga tempat ibadah, delapan unit drainase, dan tiga unit jembatan rusak.