REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah dua kitab hadis dijabarkan, berikut ini pemaparan tentang kitab Sunan Abu Dawud. Sama halnya dengan Sahih Bukhari dan Sahih Muslim, karya besar itu juga menjadi rujukan banyak umat Islam dan orang-orang pada umumnya dalam mendalami ajaran Nabi Muhammad SAW.
Sunan Abu Daud
Istilah sunan (jamak dari kata sunnah, yang maksudnya adalah Sunnah Rasulullah SAW) menunjukkan, judul-judul yang terkandung di dalamnya berpatokan pada subjek umum. Misalnya, persoalan bersuci (thaharah), shalat, zakat, puasa, haji, dan seterusnya.
Biasanya kitab sunan tidak memuat hadis-hadis yang berkaitan dengan moralitas, sejarah, zuhud, dan lain-lain. Dalam kitab sunan, bukan hanya hadis shahih yang dikemukakan. Di sini, mencakup pula hadis-hadis dhaif yang diberi catatan seperlunya oleh penulis.
Hal seperti ini dilakukan karena menurut Abu Daud, hadis-hadis dhaif yang tidak terlalu lemah memiliki kedudukan lebih tinggi dari pada pendapat para sahabat Nabi SAW. Dalam pandangannya, tak ada satu pun yang layak dijadikan pegangan setelah Alquran selain Hadis. Pemakaian opini sahabat hanya setelah tidak ditemukan nash yang berhubungan dengan suatu hukum tertentu.
Dalam kitab sunannya, Abu Daud berhasil menyeleksi sekitar 4.800 hadis tanpa terulang dari sekitar 500 ribu hadis. Menurut pengakuannya sendiri, hadis-hadis yang dihimpun itu beberapa di antaranya berkatagori sahih, mendekati sahih, dan dhaif.
Hadis-hadis sahih dicirikan dengan tiadanya penjelasan tentang mertabat dan kualitas hadis. Adapun hadis-hadis yang mendekati shahih pada prinsipnya hampir sama kedudukannya dengan hadis shahih.
Perbedaannya hanya terletak pada sikap adil ('adalah) serta sifat jujur (shiddiq) perawi. Sedang hadis-hadis yang diberi penjelasan secukupnya berarti ia berkualitas dhaif.
Menurut Abu Sulaiman al-Khataby, kitab Sunan Abu Daud memiliki susunan topik-topik yang lebih baik daripada kitab yang ditulis Bukhari dan Muslim. Buku itu langsung membagi hadis-hadis yang dikumpulkannya dalam bentuk bab dan kitab. Secara keseluruhan, ada 1.871 bab dan 95 kitab.
Hingga Abu Daud wafat pada 21 Februari 889 Masehi di kota Bashrah (Irak), kitab Sunan-nya terus mendapat perhatian besar dari para ulama. Manifestasi dari berbagai perhatian itu antara lain dengan munculnya kitab syarh (penjelasan) dan mukhtashar (ringkasan).
Beberapa di antaranya adalah Aun al-Ma'bud Syarh Sunan Abi Daud karya Syamsul Haq Azimabadi dan Badli al-Majhud fi Hall Abi Daud karya Khalil Ahmad Anshari (W. 1346 H). Keduanya merupakan dua kitab syarh terbaik yang sampai saat ini masih bisa didapatkan.
(bersambung)