REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Sepak bola Inggris dituding menerapkan standar ganda menyusul teror yang menyerang umat Muslim di Selandia Baru, yang menewaskan 50 orang. Penghormatan terjadi sebelum pertandingan Six Nations dan liga rugby akhir pekan lalu, namun hal yang sama tak terjadi di empat kompetisi sepak bola di Inggris maupun Piala FA.
Mantan dewan persamaan suku bangsa FA Yunus Lunat menyatakan, Liga Primer Inggris, English Football League (EFL), dan FA (Football Association dilabeli sebagai 'orang-orang yang munafik', karena tidak menunjukkan sikap yang sama dengan Six Nations dan liga rugby. Ia menambahkan, penghormatan yang dilakukan sepak bola Inggris terhadap teror di Selandia Baru itu sangat kontras dengan apa yang terjadi pada serangan di Paris dan Nice.
''Tidak ada alasan. Kapan pun sesuatu terjadi, meski tidak dalam skala yang sama, sepak bola selalu datang dan memberikan penghormatan. Itu (yang dilakukan sepak bola Inggris) adalah dobel standar dan hipokrit,'' ujar Lunat dikutip dari BBC, Selasa (19/3).
Semestinya, merenung sejenak sebelum pertandingan adalah hal yang tepat untuk dilakukan dan itu telah dilakukan oleh banyak negara dalam setiap serangan. Setelah serangan teroris pada 2015 dan 2016, klub-klub papan atas menggunakan ban hitam, sementara Wembley mentransformasikan diri untuk mendukung Prancis.
CEO Liga Primer Inggris Richard Scudamore mengatakan, saat kejadian pihaknya menunjukkan solidaritas dan mengenang peristiwa mengerikan yang terjadi pada hari Jumat tersebut. Liga Primer menuliskan cuitan di Twitter kalau mereka merasa tersentuh dengan peristiwa di masjid di Christchurch tersebut. Fulham melakukan penghormatan sebelum pertandingan lawan Liverpool. Tapi itu dilakukan karena ada karyawan yang meninggal di sana.
''Alasan ini terjadi adalah karena kurangnya panutan dan eksekutif senior etik yang dapat mengidentifikasi hal-hal semacam ini. Kurang kepemimpinan Muslim dalam olahraga, khususnya sepak bola, walaupun ada banyak yang cukup kompeten untuk peran itu,'' jelas Lunat.