REPUBLIKA.CO.ID, JOHANNESBURG--Palang Merah Internasional mengatakan jumlah korban meninggal di Mozambik karena badai besar dan banjir yang terjadi di seluruh selatan Afrika tersebut bertambah. Tim penyelamat masih kesulitan mengakses wilayah-wilayah yang terdampak Badai Idai.
Badai itu menyampu pemukiman dengan kecepatan 170 kph dari Samudra India. Pada akhir pekan lalu Badai Idai menghantam Mozambik lalu tetangga mereka Zimbabwe dan Malawi.
Dalam rekaman video yang diambil drone Federasi Palang Merah Internasional dan Masyarakat Bulan Sabit Merah (IFRC) menunjukan gedung-gedung yang hancur di pemukiman pinggir pantai Praia Nova, Beira. Pemukiman tersebut rata oleh badai.
"Kami bekerja sama dengan NASA dan Badan Antariksa Eropa untuk mendapatkan informasi dari satelit demi mendapatkan gambaran menyeluruh tentang wilayah yang terdampak dan jumlah orang yang terperangkap di sana," kata Ketua Palang Merah Internasional Caroline Haga, Selasa (19/3).
Badai menghantam pelabuhan Beira dan menyebabkan banjir di sebagai besar wilayah tersebut. Menghancurkan jalanan dan mematikan jaringan komunikasi di seluruh wilayah itu.
"Berdasarkan luas wilayah kami memperkirakan jumlah korban tewas akan bertambah dengan signifikan," kata Haga.
Menurut Gerald Bourke dari World Food Programme masih banyak orang yang terperangkap di dataran tinggi Mozambik. Gambar yang diambil oleh organisasi non-profit Mission Aviation Fellowship juga memperlihatkan masih banyak orang yang terjebak di atap rumah sementara ketinggian air sudah mencapai jendela.
"Kami masih belum memiliki angka pasti total jumlah korban tewas tapi kami sedang mencari wilayah besar yang teredam air, kami melihat bermil-mil desa teredam air beberapa meter," kata Bourke.
Jumlah resmi yang dihitung Mozambik sebanyak 84 jiwa. Tapi Presiden Filipe Nyusi yang mengatakan ia datang ke beberapa tempat yang terdampak paling parah dan melihat jenazah mengambang di sungai. Kini diperkirakan total jumlah korbannya mencapai 1.000 orang.
"Untuk saat ini kami secara resmi mencatat 84 korban jiwa, tapi ketika kami terbang ke daerah tersebut, pagi ini untuk memahami apa yang terjadi, semuanya menunjukkan bahwa kami dapat mencatat lebih dari 1.000 korban jiwa, ini benar-benar bencana kemanusiaan," kata Nyusi, Senin lalu.
Pemerintah Zimbabwe mengonfirmasi sudah ada 98 orang yang tewas karena badai itu. Sementara 200 orang lainnya masih dilaporkan hilang.
"Situasinya mengerikan, kerusakannya sangat luas, hampir semuanya hancur, saluran komunikasi benar-benar terputus dan jalan-jalan rusak, sebagian masyarakat yang tak terdampak tidak bisa datang," kata Jamie LeSueur dari IFRC.
LeSueur mengatakan pada Ahad (17/3) lalu satu bendungan besar yang bocor. Airnya membuat jalan-jalan terakhir ke Beira terputus. Gubernur Provinsi Sofala Alberto Mondlane memperingatkan ancaman yang lebih besar dari pada Topan Idai justru baru datang. Yaitu banjir sebab hujan belum juga berhenti.
Koordinator Lembaga Swadaya Masyarakat Cosaco, Emma Beaty mengatakan Mozambik tidak pernah mengalami badai sebesar pekan lalu. Badai yang menyebabkan beberapa bendungan besar jebol.
"Dan yang lain telah mencapai batas kapasitasnya, dalam waktu dekat bendungan-bendungan itu akan membuka pintu air yang akan mengendalikan banjir, ini gabungan banjir, topan dan bendungan jebol serta terciptanya potensi gelombang pasang, semuanya ada sehingga kami menghadapi topan yang sempurna," kata Beaty.
Nyusi mengatakan tanggulSungai Pungwe dan Buzi bocor. Menggelamkan seluruh desa yang berada di dekat dua sungai tersebut.
"Masyarakat terpencil dan banyak mayat mengambang di sungai," katanya.
Karena rusak berat Bandara Internasional Beira sempat ditutup. Tapi baru-baru ini sudah dibuka kembali.
PBB mengatakan badai yang menghantam Afrika selatan ini kemungkina menjadi bencana alam yang pernah menghantam kawasan tersebut. Badai tersebut berjalan ke arah 1,7 juta penduduk di Mozambik dan mempengaruhi kehidupan 920 ribu orang di Malawi.
Kepala regional World Food Programme Lola Castro mengatakan badai yang menyebabkan banjir setinggi 6 meter tersebut menciptakan 'bencana yang luar biasa' di wilayah yang sangat besar. Badai Idai masuk dari Beira lalu terus berjalan sampai ke Malawi dan Zimbabwe.
"Kami mulai memahami dampak yang terjadi di Beira," kata juru bicara Euloge Ishimwe kepada the New York Times.
Di Malawi sebelum badai datang banyak yang sudah meninggal dunia karena banjir bandang. Di Zimbabwe badai berubah menjadi badai tropis, menyababkan kerusakan yang disebabkan oleh hujan lebat dan angin kencang di provinsi timur yang berada di dekat Mozambik.
Banyak orang yang dilaporkan hilang. Diduga mereka terjebak longsor. Di Chimanimani, salah satu distrik yang paling terdampak di Zimbabwe, para warga mengatakan mereka ditinggalkan karena infrastruktur ke sana hancur.