REPUBLIKA.CO.ID, JOHANNESBURG -- Palang Merah Internasional menyebut jumlah korban tewas akibat topan kuat di Mozambik dan banjir di bagian tenggara Afrika mungkin meningkat tajam. Pada Selasa (19/3), regu penyelamat masih berusaha menilai kerusakan akibat Topan Idai dengan kecepatan 170 kilometer per jam dari Samudera Hindia pekan lalu, dan melanda Mozambik, tetangga-tetangganya Zimbabwe dan Malawi.
Jumlah korban tewas di Mozambik mencapai 84 orang. Tetapi Presiden Filipe Nyusi mengatakan pada Senin (18/3) ia terbang ke kawasan-kawasan yang dilanda topan, dan melihat mayat-mayat terapung di sungai-sungai. Jumlahnya, ungkap Nyusi, diperkirakan lebih dari 1.000 orang.
Sementara Pemerintah Zimbabwe menyatakan sebanyak 98 orang dinyatakan meninggal akibat opan Idai. "Lebih dari 200 orang dinyatakan hilang," kata pemerintah pada Senin (18/3).
Badai itu melanda daratan di dekat Pelabuhan Beira, Mozambik, pada Kamis (14/3). Badai juga menyebabkan banjir di kawasan-kawasan yang luas, menghancurkan jalan-jalan, dan merusak jejaring komunikasi di seluruh kawasan itu.
Gambar-gambar yang diambil oleh pesawat nirawak Federasi Palang Merah Internasional dan Masyarakat Sabit Merah menunjukkan gedung-gedung di permukiman pesisir Praia Nova, di luar Beira, rata dengan tanah diterjang angin kuat.
"Kami bekerja dengan NASA dan Lembaga Antariksa Eropa untuk memperoleh informasi mengenai kawasan-kawasan yang dilanda dengan menggunakan satelit dan jumlah orang yang terperangkap," kata Carolina Haga dari Federasi Internasional kepada Reuters.
"Berdasarkan tingkat kerusakan dan luas kawasan kami perkirakan jumlah korban tewas naik secara tajam."
"Orang-orang masih terperangkap di kawasan-kawasan lebih tinggi di negara itu," kata Gerald Bourke dari Program Pangan Dunia PBB.
"Kami belum punya angka pasti mengenai jumlah korban tewas tetapi kami melihat kawasan-kawasan luas terendam air. Kami melihat desa-desa terendam beberapa meter air," kata Bourke menambahkan.