Rabu 20 Mar 2019 02:22 WIB

Penggunaan Fitur Otomatis Boeing 737 MAX akan Dibatasi

Hasil investigasi kecelakaan Ethiopian Airlines Boeing 737 MAX akan dirilis April

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Nidia Zuraya
Boeing 737 MAX 8
Boeing 737 MAX 8

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Sejumlah negara melarang penggunaan pesawat jenis Boeing 737 MAX 8 setelah kecelakaan yang melanda pesawat Ethiopian Airlines awal Maret ini. Terkait dengan kecelakaan tersebut, pihak Boeing sedang melakukan pembaruan perangkat lunak (software) pesawat jenis 737 MAX 8.

Dari dokumen yang diperoleh BBC, pembaruan software yang sedang dilakukan Boeing akan membatasi pengoperasian sistem fitur otomatis yang kontroversial. Fitur otomatisasi yang dimaksud adalah Maneuvering Characteristics Augmentation System (MCAS). Fitur ini bekerja secara otomatis, meski pesawat terbang manual (autopilot mati).

Baca Juga

Sistem MCAS merupakan sistem yang sama yang digunakan maskapai Lion Air JT610 yang jatuh di lepas pantai Indonesia pada Oktober 2018 lalu. Penyelidik kejadian Ethiopian Airlines menyebut ada kesamaan yang nyata antara kedua kejadian ini.

"Segera akan kami rilis pembaruan peranti lunak dan pelatihan untuk pilot 737 MAX yang membahas masalah yang ditemukan pada kecelakaan Lion Air dengan kode penerbangan JT610," ujar Presiden dan CEO Boeing, Dennis Muilenburg, menyebut dalam surat terbuka yang dilansir di BBC, Rabu (20/3).

Ia menyebut perusahaannya telah bekerjasama secara penuh dengan otoritas dan regulasi yang bertugas pada kejadian itu.

Selain dilakukan pembaruan perangkat lunak, Boeing juga akan melakukan perubahan pada sistem peringatan kokpit. Sistem manual pengoperasian awak pesawat akan diperbarui dan ada pelatihan berbasis komputer untuk para pilot. Hingga saat ini masih belum jelas sampai kapan armada Boeing 737 MAX tidak bisa digunakan.

Investigator yang meneliti perihal Ethiopian Airlines telah menerima data rekaman penerbangan pesawat. Data ini diunduh oleh para ahli di Prancis di awal pekan ini. Mereka berencana mengeluarkan laporan pada pertengahan April.

Pada Selasa (19/3), para penyelidik yang memeriksa rekaman kotak hitam dari pesawat menyatakan mereka menemukan kesamaan dengan kecelakaan yang sebelumnya terjadi. Otoritas kecelakaan udara Prancis (BEA) tidak merilis secara resmi kesamaan yang dimaksud, namun dari laporan media mengatakan mereka menemukan kesamaan sudut terbang sebelum kecelakaan terjadi.

Kejadian yang menimpa Ethiopian Airlines dan Lion Air diketahui jatuh setelah beberapa menit lepas landas. Dalam kasus Lion Air, pilot diketahui mengalami kesulitan dengan sistem baru yang ada pada Boeing 737 MAX yang dirancang untuk menjaga pesawat agar tidak mogok (stalling). Desain ini mencegah pesawat mengangkat badannya pada sudut yang terlalu tinggi dan berujung pada kehilangan daya angkatnya.

Meski begitu, dari hasil penyelidikan terhadap pesawat Lion Air menunjukkan sistem anti-stalling ini malah berulang kali memaksa hidung pesawat turun lebih dari 20 kali.

Regulator dan pakar keselamatan AS kini mempertanyakan seberapa teliti FAA dan Boeing memeriksa sitem anti-stall ini dan seberapa baik pilot dilatih untuk menggunakan pesawat ini. Laporan dari Seattle Times mengklaim dalam laporan dan analisis sebelum kecelakaan terjadi, sistem yang diberi nama Maneuvering Characteristics Augmentation System ini ternyata memiliki kelemahan yang krusial.

Dalam laporan itu disebut para manajer di FAA menginstruksikan pada insinyur keselamatannya untuk memberi penilaian keselamatan pada Boeing dan menyetujui hasil analisis yang ada. Laporan ini juga menuduh bahwa analisis yang dihasilkan oleh Boeing meremehkan kekuatan sistem kontrol dan menilai sistem ini dapat mentaur ulang secara mandiri setiap kali pilot merespon. Hal ini juga berarti sistem dapat secara otomatis berulang kali mendorong hidung pesawat ke arah bawah.

"Kami telah bekerjasama penuh dengan Administrasi Penerbangan Federal AS, Departemen Transportasi dan Dewan Keselamatan Transportasi Nasional pada semua masalah yang berkaitan dengan Lion Air dan kecelakaan Ethiopian Airlines sejak kecelakaan Lion Air terjadi pada Oktober tahun lalu," ujar Dennis.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement