REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik, Adi Prayitno, mengatakan, survei Litbang Kompas terbaru harus diwaspadai oleh pasangan Joko Widodo-KH Ma'ruf Amin. Dalam survei tersebut, pasangan calon 01 memiliki elektabilitas di bawah 50 persen.
"Survei kompas itu harusnya diwaspadai oleh Jokowi. Dalam logika survei, pejawat baru dikatakan aman jika ia mengantongi 60 persen suara. Elektabilitas Jokowi dalam survei tersebut hanya 49,2 persen, kata Adi kepada Republika.co.id, Rabu (20/3).
Adi juga menilai survei itu menunjukkan selisih elektabilitas Jokowi dan Prabowo hanya 11,8 persen. Dengan angka tersebut, ia mengatakan, berbagai kemungkinan masih bisa terjadi dalam satu bulan mendatang.
"Selisih dalam survei kompas sebesar 11 persen itu bisa dianggap sedikit. Soalnya selisih Jokowi dan Prabowo dalam survei yang lain biasanya mencapai 20 persen," kata Adi.
Sayangnya, dosen Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah itu mengatakan, survei itu tidak menjelaskan penyebab turunnya elektabilitas Jokowi ataupun naiknya keterpilihan Prabowo. Akan tetapi, menurut Adi, setidaknya terdapat tiga kemungkinan penyebab turunnya suara Jokowi.
"Bisa saja karena serangan-serangan pejawat selama ini kontra-produktif, kinerjanya tidak berbuah manis dengan dukungan, atau karena sentimen agama," pungkas Adi.
Sebelumnya, Litbang merilis survei terbaru. Dalam survei tersebut, elektabilitas Jokowi turun sebesar 3,4 persen. Sebelumnya, litbang kompas merilis survei bahwa Jokowi memiliki elektabilitas 52,6 persen. Sedangkan saat ini, elektabilitas Jokowi 49,2 persen.
Di sisi lain, elektabilitas Prabowo naik 4,7 persen. Sebelumnya, Litbang Kompas merilis survei bahwa elektabilitas Prabowo 32,7 persen. Saat ini, Prabowo memiliki elektabilitas 37,4 persen.
Selanjutnya, Litbang Kompas juga merilis persentase pemilih yang belum menentukan pilihan. Jumlah pemilih yang belum menentukan pilihan pada survei sebelumnya 14,7 persen. Dalam survei terbaru, jumlah mereka turun menjadi 13,4 persen.