REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Ratusan korban bencana alam berupa tanah longsor di Kabupaten Manggarai Barat, Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), masih bertahan di sejumlah tempat pengungsian. Mereka trauma atas peristiwa tanah longsor tersebut.
"Ada sekitar 427 warga yang masih mengungsi, mereka belum berani kembali ke rumahnya karena masih trauma dan takut," kata Kabag Humas Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat, Paulus Jeramun, Rabu (20/3).
Ia menjelaskan mereka adalah warga Desa Tondong Belang yang menyebar di sejumlah tempat pengungsian. Di antaranya Kantor Bupati Manggarai Barat sembilan orang atau tiga kepala keluarga. Selain itu, di Desa Liang Darah 130 orang atau 37 KK serta di Cekonobo, Desa Tondong Belang 288 orang atau 91 KK.
Paulus mengatakan, sampai saat ini kondisi cuaca di wilayah terdampak longsor juga masih dilanda hujan lebat. Warga pun lebih memilih bertahan di tempat pengungsian.
Pemerintah, lanjutnya, juga menganjurkan warga untuk bertahan karena masih ada potensi longsor di titik-titik tertentu, seperti di Dusun Culu dan Dusun Cekonobo, Desa Tondong Belang. "Karena sampai sekarang curah hujan di daerah longsoran itu masih tinggi sehingga longsor sewaktu-waktu bisa terjadi," katanya.
Ia mengatakan, pemerintah telah menyalurkan berbagai bantuan untuk kebutuhan para korban longsor itu di tempat pengungsian dan mereka masih menjalani pemulihan dari trauma. "Ada relawan bersama tim dari pusat juga turun dan sedang membantu kami untuk memperbaiki kondisi trauma yang dialami para korban," katanya.