REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Rusaknya sebagian besar pintu air pengendali banjir di wilayah Tambah dan Sumpiuh, dituding menjadi penyebab banjir yang kerap terjadi di wilayah itu. Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pemeliharaan Jalan dan Irigasi wilayah Sumpiuh, Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kabupaten Banyumas, Imam Pamungkas, menyebutkan keseluruhan ada 38 pintu air otomatis yang mengalami kerusakan dan tidak berfungsi.
''Di wilayah Kecamatan Tambak dan Sumpiuh, keseluruhan ada 48 pintu klep pengendali banjir yang sudah terpasang. Namun dari jumlah itu, yang masih berfungsi dengan baik hanya tinggal 10. Lainnya, sebanyak 38 pintu klep mengalami kerusakan,'' kata Imam, Rabu (20/3).
Dia menyebutkan, ke-48 pintu air tersebut terpasang di berbagai sungai dan kawasan cekungan yang rawan banjir.
Menurutnya, pemerintah membangun pintu tersebut untuk mengendalikan limpahan air bila debit air sungai yang ada di wilayah terlalu besar. Fungsi pintu tersebut untuk mengendalikan air yang sudah mengalih ke arah muara, agar tidak berbalik kembali. ''Pada saat limpahan air sudah mengalir ke arah muara, maka pintu klep otomatis akan menutup,'' katanya.
Pembuatan pintu air pengendali banjir, kata Imam, diperlukan karena wilayah-wilayah tersebut merupakan daerah cekungan. Bahkan ketinggian permukaan tanahnya, lebih rendah dari permukaan air laut. ''Karena itu, diperlukan pintu klep otomatis untuk mengendalikan air bila terjadi banjir,'' ujarnya.
Kerusakan yang terjadi di pintu klep yang dibangun oleh Balai Besar Wilayah Sungai Serayu-Opak, menurutnya, disebabkan berbagai faktor. Selain karena kurangnya pemeliharaan, juga karena dipengaruhi faktor alam, seperti sedimentasi, penyempitan sungai, dan tanggul jebol.
Hujan yang terus mengguyur wilayah Kabupaten Banyumas sejak beberapa waktu lalu, telah menyebabkan debit air sejumlah sungai di Kecamatan Sumpiuh dan Tambak meningkat. Air sungai yang tidak lancar mengalir ke arah muara, menyebabkan ratusan hektard areal sawah warga tergenang air cukup tinggi.
''Kami perkirakan, di dua wilayah kecamatan itu ada 576 hektare areal sawah yang terendam banjir. Sebagian besar tanaman padinya dipastikan mengalami puso karena sudah terendam lebih dari 3 hari,'' kata Imam.
Secara rinci Imam menyebutkan, untuk wilayah Kecamatan Sumpiuh, areal sawah yang terendam banjir berada di empat desa. Antara lain, sawah di wilayah Kelurahan Sumpiuh tercatat seluas 156 hektare, Desa Selandaka 60 hektare, Nusadadi 170 hektare dan Desa Karanggedang seluas 50 hektare.
Sedangkan di wilayah Kecamatan Tambak, banjir terjadi di lahan persawahan di empat desa. Antara lain di Desa Plangkapan seluas 34 hektare, Gumelar Kidul seluas 13 hektare, Karang Petir 76 hektare, dan Karang Pucung seluas 17 hektare.