Rabu 20 Mar 2019 22:00 WIB

Pelatih Stapac Tegaskan Timnya Bukan Unggulan di Final IBL

SM Pertamina sebetulnya memiliki lebih banyak alasan untuk dijadikan favorit.

Pelatih Stapac Jakarta Giedrius Zibenas (kiri) memberikan keterangan terkait pertandingan final IBL Pertamax 2018/2019 di Jakarta, Selasa (19/3).
Foto: Republika/Prayogi
Pelatih Stapac Jakarta Giedrius Zibenas (kiri) memberikan keterangan terkait pertandingan final IBL Pertamax 2018/2019 di Jakarta, Selasa (19/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Stapac Jakarta menolak status unggulan pada rangkaian partai final IBL Pertamax 2018/2019 menghadapi Satria Muda (SM) Pertamina. Meski di atas kertas posisi mereka jauh lebih diunggulkan lantaran catatan penampilan dalam perjalanan menuju panggung pamungkas.

Pelatih Stapac asal Lithuania, Giedrius Zibenas, bersikeras tak ada alasan menjadikan catatan 17 kemenangan dan satu kekalahan (17-1) di musim reguler serta langkah cukup mulus di fase play-off sebagai dasar untuk menjadikan timnya lebih favorit. "Saya setuju bahwa setelah musim reguler berakhir dan penampilan semifinal kami terlihat tidak begitu buruk dalam jalan menuju final. Tapi kalau dibilang favorit, tentu tidak," kata Zibenas saat ditemui selepas sesi latihan Stapac di GOR BritAma Arena, Jakarta, Rabu (20/3) petang.

Baca Juga

Sebab, menurut pelatih yang akrab disapa Gibi itu, SM Pertamina sebetulnya memiliki lebih banyak alasan untuk dijadikan favorit. Ia setidaknya menyebutkan dua hal mendasar, yakni keberadaan jumlah pemain tim nasional putra Indonesia yang lebih banyak di SM Pertamina serta pengalaman merasakan atmosfer final IBL untuk musim ketiga beruntun, termasuk berstatus juara bertahan untuk musim ini.

Di sisi lain, khusus untuk laga final pertama yang bakal berlangsung pada Kamis (21/3) di BritAma Arena, Zibenas juga menyebut bahwa SM Pertamina memiliki aspek keuntungan lain, yakni tampil di hadapan publik pendukungnya sendiri. Sebaliknya, keuntungan itu tidak akan pernah dimiliki Stapac, karena di laga kedua yang berlangsung Sabtu (23/3), pun mereka berstatus sebagai tuan rumah, pertandingan bakal digelar di GOR C'Tra Arena, Bandung, yang notabene bukanlah kandang kedua tim.

"Orang harus memberi saya argumen yang lebih bisa diterima, ketimbang bukti-bukti keunggulan Satria Muda yang saya sebutkan," kata Zibenas.

Oleh karena itu, status favorit tak sedikitpun terlintas di kepala Zibenas bagi Stapac di partai final. Terlebih menurutnya format best of three alias tim yang dua kali menang berhak menyandang gelar juara, menjanjikan situasi yang jauh lebih tidak terduga.

Sebab jika dibandingkan dengan format best of five (mencari tiga kemenangan untuk juara) atau best of seven (mencari empat kemenangan untuk juara), ada sedikit waktu lebih untuk menata kondisi tim, baik fisik maupun mental ataupun stamina.

"Semuanya bisa terjadi di format best of three," ujar Zibenas.

SM Pertamina terseok-seok di musim reguler dengan catatan menang kalah 9-9 dan menempuh jalan lebih terjal untuk mencapai final. Tim asuhan Youbel Sondakh menyingkirkan BPD DIY Bima Perkasa Yogya 2-0 dan hampir dijungkalkan tim kuda hitam NSH Jakarta meski menang dengan skor 2-1 di semifinal. Youbel punya tantangan lain yang harus dipecahkan, yakni absennya Jamarr Andre Johnson yang dibekap cedera sejak laga semifinal kedua.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement