REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Survei litbang Kompas menunjukkan elektabilitas capres pejawat Jokowi sebesar 49,2 persen. Adapun elektabilitas Prabowo berada di kisaran 37,4 persen.
Pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno mengatakan, Jokowi harus berhati-hati. Ia baru bisa merasa aman, jika mendapatkan elektabilitas sekitar 60 persen.
Pasalnya dalam survei litbang kompas elektabilitas Jokowi tergerus menjadi di bawah 50 persen. Sedangkan elektabilitas Prabowo naik mendekati 40 persen. "Biasanya dalam survei, selisih elektabilitas 01 dan 02 sekitar 20 persen. Tapi dalam survei kompas kemarin tinggal 11 persen," kata dosen ilmu politik UIN Syarif Hidayatullah itu.
Selanjutnya, Adi menuturkan, ada banyak faktor yang bisa mempengaruhi penurunan elektabilitas. Bisa jadi karena serangan Jokowi selama ini kontra-produktif. Selain itu juga kinerja Jokowi tak membuahkan dukungan, atau bisa saja karena sentimen agama.
Ia berpendapat pemilih yang belum menentukan pilihan (undecided voters) bisa cederung memilih 02. Alasannya, pemilih yang belum menentukan pilihan adalah mereka yang kecewa terhadap pejawat dan sedang berusaha mengenali penantang.
"Kalau mereka yakin terhadap pejawat pasti akan memilih pejawat dari dulu-dulu, karena kinerjanya sudah terbukti," kata Adi.