REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pemerintah India menyatakan daging kerbau beku yang di eskpor ke Indonesia dipastikas terbebas dari penyakit mulut dan kuku (PMK). Namun, Kementerian Pertanian RI belum mengamini dan akan segera mengirim tim surveilans ke India dalam waktu dekat.
“Saya tidak percaya begitu saja. Tapi, saya berkesimpulan dengan Komisi Ahli untuk mengirim tim audit ke India sesegera mungkin untuk memastikan bahwa itu aman,” kata Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementan, I Ketut Diarmita kepada Republika.co.id, Rabu (20/3).
Ketut mengatakan, sementara akan mengirim tim surveilans, pihaknya tengah mengumpulkan laporan hasil survei terkait PMK di India selama ini. Menurut Ketut, mitigasi penyebaran PMK tidak bisa dianggap remeh sehingga seluruh pasokan daging kerbau impor yang masuk wahib diawasi ketat.
Mitigasi penyebaran virus juga akan memudahkan penanganan oleh Kementan jikalau terjadi penemuan kasus PMK di Indonesia. Oleh sebab itu, Kementan juga melalukan evaluasi menyeluruh keberjalanan impor daging kerbau yang telah dibuka sejak 2016 silam.
Ketut mengatakan, pemerintah akan mengambil langkah-langkah yang mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Meski demikian, Ketut mengatakan, sementara ini Komisi Ahli berpandangan risiko virus PMK terbawa ke Indonesia sangat kecil.
Sebab, Indonesia sudah menerapkan pernyaratan ketat sesuai dengan pedoman dari Badan Kesehatan Hewan Dunia (OIE) dan aturan di Indonesia.
Salah satu anggota Komisi Ahli Kesehatan Hewan Kementan, Denny W Lukman, memastikan pemerintah telah menerapkan prinsip pengurangan risiko melalui penerapan teknis pemasukan daging kerbau impor.
“Semua daging dilayukan pada suhu lebih dari 2 derajat celcius selama minimal 24 jam dan pH daging harus dibawah 6, jadi kemungkinan virus PMK hidup sangat kecil,” ujarnya. Meski begitu, ia mengatakan, pemerintah tetap memegang prinsip kehati-hatian.
Direktur Kesehatan Hewan Kementan, Fajar Sumping, mengatakan, tim audit sudah disiapkan dan diberangkatkan dalam waktu dekat. Sementara proses audit dan survei dilakukan, Fajar mengatakan, keran impor belum ditutup sehingga proses impor dapat tetap berjalan.
“Kecuali apabila ada ditemukan perkembangan lain yang menyebabkan harus dilakukan penutupan,” ujar dia.
Pemerintah tahun ini membuka keran impor daging kerbau sebanyak 100 ribu ton. Perum Bulog ditunjuk sebagai importir tunggal dan ditugaskan untuk mengeksekusi kuota tersebut hingga akhir tahun.
Dikonfirmasi, Kepala Bagian Humas Perum Bulog, Teguh Firmansyah, mengatakan, hingga saat ini belum ada daging kerbau beku dari India yang masuk. Namun, proses kontrak antara Bulog dan eksportir di India sudah selesai.
“Tinggal nunggu barang masuk saja,” ujar dia. Lebih lanjut, Teguh mengatakan, sebelum kontrak di teken, Bulog telah melapor kepada Kementan selaku regulator dan telah dilakukan pengecekan langsung ke distributor.
Sejumlah media lokal di India melaporkan, wabah virus PMK kembali menyerang ternak kerbau di tiga distrik wilayah India pada Januari lalu. Tiga distrik terebut yakni di Rajasthan, Punjab, dan Uttar. Serangan wabah itu terjadi berhubung India merupakan negara yang belum terbebas dari penyakit PMK.
Sayang, Teguh belum dapat menjelaskan asal-asal daerah impor daging kerbau yang dibeli oleh Bulog. Hanya saja, ia memastikan daging kerbau yang diimpor oleh Bulog bukan berasal dari tiga distrik tersebut.
“Virus kebanyakan di daerah pelosok, sementara yang kita impor bukan dari daerah-daerah itu,” ujarnya.
Sebelumnya, pada 6 Maret 2019, Pemerintah Indonesia telah melayankan surat kepada Kedubes India di Jakarta untuk meminta klarifikasi terkati laporan sejumlah media lokal mengenai virus PMK.
Kementerian Pertanian India kemudian menyatakan secara tertulis bahwa proses penyembelihan hingga pembekuan telah sesuai dengan aturan yang ditetapkan OIE. Virus PMK yang masih menjangkit India juga tidak pernah tertular ke negara tujuan ekspor.
“Selama lima dekade terakhir, tidak pernah ada insiden penularan virus PMK dari India ke negara tujuan ekspor,” kata Sekretaris Komersial dan Representatif Kedubes India, Narayanan.