REPUBLIKA.CO.ID, SHANGHAI -- Polusi udara nasional Cina meningkat 5,2 persen dalam dua bulan pertama di 2019. Kementerian Lingkungan Cina mencatat PM2,5 atau partikel debu yang lebih kecil dari 2,5 mikrometer telah meningkat dan berpotensi menimbulkan gangguan paru-paru.
Berdasarkan survei dari Kementerian Ekologi dan Lingkungan Cina, dari 337 kota hanya 83 kota yang mencapai standar nasional sebesar 35 mikrogram. Sementara, tingkat PM2,5 di 28 kota di wilayah pengendalian pencemaran yakni Beijing, Tianjin, dan Hebei melojak 24 persen pada Januari-Februari 2019 dengan rata-rata mencapai 108 mikrogram. Sedangkan tingkat PM2,5 di 11 kota di Dataran Fenwei melonjak 26,6 persen mencapai rata-rata 119 mikrogram.
Pemerintah Cina mendorong kota-kota di wilayah utara yang rawan kabut asap untuk menerapkan pembatasan emisi khusus dari Oktober 2018 hingga Maret 2019. Hal ini untuk mengimbangi meningkatnya tingkat pembakaran batu bara dari sistem pemanas selama musim dingin.
Reuters menyatakan, berdasarkan data resmi menunjukkan PM2,5 di 39 kota di wilayah utara masih naik 13 persen selama periode Oktober-Februari. Sebanyak 39 kota tersebut didorong untuk menurunkan tingkat polusi udara sekitar 3 persen dari Oktober hingga Maret. Tiga daerah dari 39 kota itu yakni Changzhi dan Luliang di Provinsi Shanxi, dan Jining di Shandong telah berupaya memenuhi target pada akhir bulan lalu.
Sebelumnya, pemerintah menuding menurunnya kualitas udara di Cina akibat cuca buruk dan merupakan efek dari badai El Nino. Peningkatan suhu dan kelembapan menjadi kendala untuk menurunkan emisi.
Kementarian Lingkungan Cina akan menindak daerah yang gagal memenuhi target penurunan polusi udara. Namun, kementerian tidak menyebutkan sanksi apa yang akan diterima oleh daerah yang tidak memenuhi target tersebut.
Provinsi Hebei dan Shanxi masuk ke dalam daftar delapan kota yang memiliki kualitas udara buruk pada 2018. Kedua wilayah ini menerapkan sistem hukuman dan penghargaan sebagai upaya untuk menurunkan tingkat polusi udara. Mereka memberikan penghargaan kepada distrik-distrik yang berhasil menurunkan tingkat polusi udara, dan menjatuhkan denda kepada distrik-distrik yang gagal menurunkan polusi udara.
Provinsi Hebei menerbitkan daftar 14 distrik yang gagal memenuhi target penurunan tingkat polusi udara pada 2018. Beberapa distrik yang gagal d iantaranya, kawasan industri utama di Tangshan, yang merupakan kota penghasil baja terbesar di Cina. Para pemimpin Partai Komunis dari masing-masing 14 distrik tersebut dipanggil ke biro perlindungan lingkungan provinsi untuk menerima kritik publik.