REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Presiden Korea Selatan Moon Jae-in meminta bantuan kepada mantan Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon untuk atas masalah polusi udara. Masalah itu membuat hubungan Korsel dan Cina merenggang.
Dalam pertemuan di Kantor Kepresidenan Korsel Cheong Wa Dae atau biasa disebut Gedung Biru, Moon kembali meminta Ban untuk memimpin organisasi pemerintah yang baru dibentuk. Sebelumnya, Moon sudah mengajukan permintaan itu melalui Kepala Staf Kepresidenan Noh Young-min.
Dalam pertemuan tersebut Ban yang turun dari jabatannya sebagai Sekjen PBB pada tahun 2016 lalu menerima tawaran tersebut. Ban mengatakan banyak yang mengungkapkan kekhawatiran mereka apakah ia bisa menjalankan tugas tersebut.
"Karena polusi udara isu rumit yang disebabkan oleh banyak faktor dari dalam maupun luar negeri yang tidak akan mudah dipecahkan, alasannya saya setuju mengambil pekerjaan ini karena jika menghindarinya maka akan bertentangan dengan prinsip-prinsip saya ketika nyawa dan kesehatan rakyat kami sangat terancam oleh polusi debu halus," kata Ban seperti dilansir di the Korea Times, Kamis (21/3).
Organisasi baru anti-polusi awalnya diajukan partai oposisi Bareunmirae Party. Partai itu menekankan pentingnya upaya terkoordinasi dalam menangkal masalah regional tersebut.
Sebelumnya Moon sudah mengajukan upaya bersama dengan Cina agar mencegah polusi bergerak antara kedua negara. Ia memerintahkan jajarannya untuk mempelajari kemungkinan upaya gabungan dalam menciptakan hujan buatan.
Tapi, Cina menanggapinya secara defensif. Kementerian Luar Negeri mereka bersikeras tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan pencemaran udara di Korsel berhubungan dengan pencemaran udara di Cina.
Udara Korsel sudah lama tercemar oleh debu halus dari Cina. Banyak penelitian yang menunjukkan angin dari Cina membawa polusi industri termasuk debu halus. Penunjukan Ban sebagai ketua organisasi anti-polusi menjadi cerminan upaya Korsel dalam menghadapi masalah dan ancaman regional ini.
"Saya yakin pertama-tama yang terpenting mengidentifikasi secara ilmiah sumber debu halus baik di tingkat lokal maupun luar negeri, memang benar sebagai besar sudah diidentifikasi tapi kami harus membuktikannya secara ilmiah, kerja sama dengan Cina dan negara-negara Asia Utara yang menghadapi masalah yang sama juga sangat penting," kata Ban.
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement