REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nusa Tenggara Barat (NTB) Muhammad Rum menjelaskan perkembangan penanganan dampak gempa yang melanda Pulau Lombok pada Ahad (17/3). Dua wilayah di Lombok yakni Lombok Timur dan Lombok Utara menjadi wilayah dengan dampak terparah akibat gempa tersebut.
Rum merinci total kerusakan mencapai 2.096 rumah yang terdiri atas 1.617 rumah rusak sedang dan 876 rumah rusak berat. Selain itu, 3 rumah ibadah, 50 fasilitas kesehatan juga mengalami kerusakan, dan 3 kantor Polsek Lombok Timur.
Rum menambahkan, jumlah warga terdampak gempa mencapai 25.416 jiwa dari 7.793 kepala keluarga (KK) di tujuh kecamatan yang ada di Lombok Timur, dengan Kecamatan Montong Gading menjadi wilayah tertinggi sebanyak 17.824 jiwa. "Jumlah korban meninggal sebanyak empat orang yang terdiri atas dua wisatawan Malaysia, 1 warga Lombok Utara, dan satu warga Lombok Timur," ujar Rum di Mataram, NTB, Kamis (21/3).
Rum menjelaskan, dua wisatawan dan satu warga Lombok Utara meninggal dunia tertimpa longsoran di kawasan air terjun Tiu Kelep di Desa Senaru, Kecamatan Bayan, Lombok Utara, akibat gempa. Sementara satu warga Lombok Timur dilaporkan meninggal diduga terkena serangan jantung tak lama saat gempa terjadi.
Selain korban jiwa, lanjut Rum, 40 warga Lombok Timur dan 37 warga, yang merupakan pengunjung Tiu Kelep, mengalami luka-luka akibat gempa. "Saat ini situasi sudah kondusif, sebagian besar para korban luka sudah pulang ke rumah, kecuali para korban yang mengalami luka berat masih dirawat di rumah sakit," kata Rum.
Berdasarkan laporan dari BPBD Kabupaten Lombok Timur, kata Rum, tidak terdapat pengungsi di Lombok Timur akibat gempa kemarin. Sebab masyarakat yang rumahnya mengalami rusak berat pada gempa tahun lalu sudah menghuni hunian sementara (huntara).
"BPBD dan juga instansi terkait sudah mengirimkan bantuan berupa terpal, lauk pauk, matras, selimut, telur, dan mi instan," ucap Rum.
Rum menambahkan, proses rehabilitasi dan rekonstruksi akibat gempa tahun lalu juga masih berjalan. Dampak gempa yang melanda NTB pada akhir Juli hingga Agustus 2019 mengakibatkan 216 ribu rumah penduduk rusak, dengan rincian 75 ribu rumah rusak berat, 33 ribu rumah rusak sedang, dan 108.306 rumah rusak ringan.
Catatan BPBD NTB per Kamis (21/3), jumlah rumah rusak berat yang sudah berhasil terbangun sebanyak 1.691 rumah, yang meliputi 660 rumah jenis Risha, 341 Rika, 560 Riko, dan 130 Risba. "Rumah yang sudah selesai dibangun berjumlah 1.691 dan yang sedang dalam proses pembangunan berjumlah 14.959 rumah sehingga total dalam proses dan selesai dibangun adalah 15.646 unit."
Belasan rumah hunian jenis Rumah Instan Sederhana Kayu (Rika) sudah ditempati sejumlah warga di Desa Sembalun Bumbung, Kecamatan Sembalun, Lombok Timur. Seorang warga Sembalun Bumbung, Albar, mengaku bersyukur sudah memiliki rumah kembali.
Albar bersama belasan warga lain sudah menghuni Rika tersebut sejak sebulan lalu. Bersama anggota Kelompok Masyarakat (Pokmas) di dusun itu, Albar mendapat bantuan stimulan untuk membangun kembali rumahnya yang rusak berat akibat gempa 2018, dengan nilai stimulan Rp 50 juta per rumah.
"Kami berterima kasih karena sudah merasa lebih nyaman dari pada tinggal di tenda. Kemarin waktu gempa lagi, kita juga tidak panik dan lari keluar, kita tetap dalam rumah," kata pria berusia 45 tahun tersebut.
Albar berharap proses rehabilitasi dan rekonstruksi di Sembalun segera tuntas agar masyarakat lain yang rumahnya rusak jiga bisa kembali menjalani kehidupan yang normal. "Harapan kita ya supaya teman-teman lain yang belum dapat bantuan rumah bisa segera dapat, supaya tidak tidur di tenda lagi," kata Albar.