REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Para pejabat senior Israel meyakini bahwa Pemerintah Amerika Serikat (AS) sedang bersiap untuk secara resmi mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan. Wilayah itu diketahui diduduki Israel pasca-Perang 1967.
Stasiun televisi Israel, Channel 13 Israel, pada Kamis (21/3), melaporkan para pejabat Israel meyakini AS akan mengakui Dataran Tinggi Golan sebagai bagian dari teritorialnya pekan depan. Hal itu bertepatan dengan pertemuan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dengan Presiden AS Donald Trump di Washington.
Dataran Tinggi Golan direbut Israel dari Suriah setelah berakhirnya Perang Arab-Israel pada Juni 1967. Sekitar dua pertiga Dataran Tinggi Golan tetap di bawah kendali Israel setelah Perang Yom Kippur tahun 1973 dan penciptaan zona demiliterisasi antara Suriah dan Israel.
Namun pada 1981, pemerintahan Menachem Begin menerbitkan Golan Heights Law yang secara efektif mencaplok Golan sebagai bagian dari kekuasaan Israel. PBB dan negara-negara besar dunia, termasuk AS, Rusia, dan Uni Eropa sampai saat ini menolak mengakui pencaplokan Golan oleh Israel.
Kendati demikian, sejak Suriah dilanda perang sipil pada 2011, beberapa anggota parlemen AS telah menyerukan Departemen Luar Negeri AS agar mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan. Tahun lalu Senator Tom Cotton dan Ted Cruz mengusulkan resolusi yang mendukung pengakuan Golan sebagai wilayah Israel.
Pekan lalu, Departemen Luar Negeri AS, melalui laporan tahunan tentang hak asasi manusia, mengisyaratkan perubahan kebijakan terhadap Dataran Tinggi Golan. Sebab dalam laporan tersebut AS tak lagi menyebut Golan sebagai wilayah yang diduduki, tapi dikontrol Israel.
Laporan tersebut dikritik oleh mantan duta besar AS untuk Israel Martin Indyk. “Suka atau tidak, Dataran Tinggi Golan adalah wilayah Suriah,” kata dia melalui akun Twitter pribadinya.
Menurut dia, mengakui aneksasi Israel atas wilayah yang bukan miliknya berarti bermain dengan api untuk tujuan politik yang partisan. “Tidak ada negara Arab yang akan menerimanya,” ujar Indyk.