REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK — Bantuan internasional mulai disalurkan ke sejumlah negara di Afrika Timur, yaitu Mozambik, Zimbabwe, dan Malawi setelah badai Idai melanda wilayah-wilayah di kawasan itu. Dalam bencana alam ini, ratusan orang tewas dan ribuan lainnya kehilangan rumah mereka.
Proses evakuasi masih terus dilakukan di sejumlah wilayah negara-negara yang dilanda badai Idai. Di Zimbabwe, sebuah keluarga bahkan mencoba menggali lumpur yang diduga membuat seorang anak laki-laki terkubur.
Korban dilaporkan paling banyak berada di Chipinge dan Chimanimani, Zimbabwe. Lebih dari 100 orang tewas dan jumlah ini diperkirakan dapat terus meningkat karena proses evakuasi sulit dilakukan akibat lokasi yang sulit diakses.
Penyaluran bantuan pada awalnya terhambat karena penutupan bandara di negara-negara badai Idai terjadi. Namun, sejak Rabu (20/3) kemarin, perlahan-lahan bantuan dapat disalurkan.
Bantuan dari pihak internasional juga mencakup pemulihan kawasan. PBB mengalokasikan setidaknya 20 juta dolar AS untuk mengatasi krisis kemanusiaan yang terjadi akibat badai Idai.
Uni Eropa akan menyumbangkan 3,5 juta euro atau sekitar 3,9 juta dolar AS. Sementara, AS berjanji untuk menyalurkan dana sebesar 7,9 juta dolar AS, kemudian Uni Emirat Arab (UAE) 18,3 juta dirham (4,9 juta dolar AS), dan Norwegia 6 juta krone (700 ribu dolar AS).
Matthew Pickard dari organisasi kemanusiaan CARE mengatakan penanggulan bencana alam akibat badai Idai sama halnya dengan yang dilakukan sebelumnya. Otoritas lokal dan organisasi non-pemerintah internasional berupaya menuju wilayah-wilayah yang terkena dampak pada hari-hari pertama dan bantuan tambahan menyusul segera.
Saat ini, banyak orang yang belum dapat melihat dengan jelas seberapa besar dampak dari bencana ini. Meski demikian, Pickard mengatakan dalam beberapa waktu ke depan, hal itu akan menjadi lebih jelas dan jumlah bantuan dapat semakin meningkat.
“Negara-negara ini tidak biasanya menjadi berita utama, namun sekarang mereka menjadi sorotan. Dengan kisah mereka, banyak orang yang akan berempati,” ujar Pickard, Kamis (21/3).
Bantuan logistik dari PBB dilaporkan memiliki kendala saat pendistribusian di sejumlah wilayah. Seperti di Chimanimani, yang lokasinya sulit untuk dijangkau akibat bencana yang terjadi.