Jumat 22 Mar 2019 05:30 WIB

Kota Jaffa: Penghapusan Sejarah, Roman, dan Okupasi Israel

Israel hendak mengubah indentitas Arab Islam di Kota Jaffa.

Rep: Umi Soliha/ Red: Nashih Nashrullah
Roman Kota Jaffa, Tel Aviv, Israel
Foto: go-telaviv.com
Roman Kota Jaffa, Tel Aviv, Israel

REPUBLIKA.CO.ID, Jaffa adalah bagian selatan dan tertua dari Tel Aviv-Yafo, sebuah kota pelabuhan kuno di Israel. Di pelabuhan berusia 3.000 tahun ini, terdapat  labirin dari batu putih, masjid-masjid yang sunyi, dan pasar-pasar yang dipenuhi barang-barang antik dan rempah-rempah.

Namun distrik itu, yang pernah diklaim Raja David, Firaun, dan bahkan Napoleon, selama beberapa dekade berada di bawah bayang-bayang Tel Aviv. 

Baca Juga

Pengaruh Tel Aviv  terkuat terjadi pada 1950 dan saat itulah tempat itu dilihat sebagai kota yang tertindas. Namun, kini Jaffa telah berkembang cukup pesat.

Hal itu dibuktikan oleh tiga bangunan  yang berdiri mewah di sana. Tiga bangun mewah itu adalah Setai Tel Aviv,  Jaffa, dan The Drisco. Hotel – hotel itu dibuka tahun lalu, dalam jarak yang saling berdekatan. 

Tidak hanya itu, disana pun terdapat spa Jepang baru yang mengagumkan. Disana kehidupan malam kini telah ramai dan pasar loak yang dipenuhi dengan restoran yang dipimpin oleh koki utama Israel.

"Jaffa adalah daerah terpanas di Tel Aviv.  Namun tempat ini memiliki energi dan keaslian yang luar biasa. Kreativitas yang terlihat dalam arsitektur kuno, seniman lokal, galeri dan belum lagi makanan menakjubkan dan lautnya. Itu semua bagian dari daya tarik Jaffa. Jaffa memiliki semua komponen untuk menjadi hal besar pada masa akan datang," kata Rosen, pengusaha riil estate yang berbasis di New York City dengan portofolio lebih dari 70 investasi dan pengembangan properti di seluruh dunia.

Gentrifikasi belum bisa memuaskan semua orang. Jaffa selama berabad-abad telah menjadi benteng kehidupan Arab dan Muslim. Pada 1948, ketika Israel dideklarasikan, sebagian besar penduduk Arab Jaffa secara paksa dipindahkan dari rumah mereka. 

Saat ini distrik tersebut adalah salah satu dari sedikit daerah di negara itu dengan populasi campuran Arab dan Yahudi. Ketika proyek-proyek mewah telah bergerak. Terdapat anggapan, sejarah Muslim kota itu sedang dihapus.

Arsitek dan konservasionis Israel Ramy Gil, mengenang 20 tahun lalu banyak  bangunan kosong  di Jaffa. Ada plaza abad ke-19 yang terkelupas yang pernah dijadikan Sekolah Biara Sisterhood St Joseph dan Rumah Sakit Prancis Jaffa.  

Dinamakan demikian karena pendirinya, Francois Guinet yang berbasis di Lyon, bersikeras menggunakan metode bangunan dengan gaya Prancis. Kini dindingnya usang, teras pusatnya penuh dengan sampah, dan merayap gulma menutupi bekas bangsal malaria. 

Namun, jauh di bawah strukturnya, Gil yakin ada harta karun yang terkubur, yakni tembok batu yang utuh, yang berasal dari periode Tentara Salib, yang pernah membentuk garis keliling benteng abad ke-12.

Firasatnya tepat. Ketika para tamu melangkah ke lobi Jaffa Hotel yang sejuk dan terang, sebuah properti berkilau yang dibuka musim panas lalu. Mata mereka tertuju pada pita batu yang anggun, yang sekarang digali, disinari, dan diperluas melalui tempat duduk tertutup kaca. 

photo
Salah satu sudut kota Jaffa, Tel Aviv, Israel/ go-telaviv.com

Properti bintang lima ini mengambil namanya dari jeruk Jaffa yang terkenal, jeruk dengan sedikit biji yang sangat manis. Hotel, yang dibeli RFR Holding yang berbasis di AS milik Rosen, dirancang John Pawson dan sekarang menjadi bagian dari koleksi mewah Marriott.

Kebangkitan Jaffa dimulai pada 2007, ketika kotamadya Tel Aviv-Jaffa merenovasi pelabuhan kunonya. Mereka mulai membangun restoran, bisnis, dan ruang makan. 

Pemerintah kota kemudian menginvestasikan 225 juta dolar AS di pasar loak, yang hari ini adalah harta karun barang antik di siang hari dan pusat keramaian lampu berkelap-kelip, kafe al fresco, dan bar trendi yang mustahil pada malam hari.

Saat ini, The Jaffa Hotel, berdiri di situs penggalian yang berusia satu dekade itu. Bangunan hotel itu adalah campuran dari tembok kuno dan garis-garis modern yang luar biasa. 

Fasad rumah sakit dan biara yang asli masih berdiri dan dikombinasikan dengan interior baru yang minimalis dan geometris. Taman cekung dan kolam renang dan bar baru den of sin yang bertempat di kapel bekas biara disertai dengan poster-poster film terkenal.

"Ini karya seni yang cukup. Anda tidak perlu membumbui produk yang tidak orisinil," kata Gil.

Berjalan kaki singkat di lingkungan Jaffa American Colony, di mana rumah-rumah berdinding 100 tahun  berdiri. Mengingatkan pada peziarah Kristen dari New England yang menetap di sana tahun 1880 an. Bangunan lain yang telah dipugar telah dihidupkan kembali sebagai sebuah hotel besar. Drisco, sebuah properti 42 kamar menghidupkan kembali  sebuah bangunan Ottoman yang megah dari 1866. 

Sebelumnya dikenal sebagai Hotel Yerusalem, bangunan Drisco dibangun oleh dua saudara Kristen evangelis yang menginginkan persinggahan mewah bagi para peziarah dalam perjalanan ke Yerusalem. 

Bangunan itu, yang diubah menjadi markas militer Inggris selama Perang Dunia II dan menjadi bangunan kosong  selama 50 tahun. Sekarang menampilkan ubin yang anggun, dekorasi yang canggih, dan lukisan dinding yang dilukis dengan tangan dari mural asli bangunan itu.

Dan di seberang jalan dari Jaffa Clock Tower, kolom batu kapur yang dibangun oleh seorang Yahudi 100 tahun yang lalu untuk menghormati pemerintahan Ottoman di Palestina, terletak Setai Tel Aviv yang luas. Resor ini memiliki lapisan demi lapisan sejarah. 

Spa dan gym di lantai bawah tanah diukir di sekitar dinding era Tentara Salib dan ruang tamu tingkat atas telah direnovasi dari bekas penjara Turki, yang kemudian menjadi penjara yang dikelola orang Yahudi setelah berdirinya Negara Israel, dan bertempat tinggal yang terkenal kejam. penjahat termasuk Nazi Adolf Eichmann.

The Jaffa Hotel dibuka untuk para tamu pada bulan Agustus, dan tak lama kemudian, bar The Chapel bertempat di aula kapel asli biara menjadi tempat pesta dansa malam. Don Camillo, restoran di hotel yang dikelola  Major Food Group yang berbasis di New York juga dibuka setiap malam.

Namun bagi Gil, kebangkitan kembali situs modern tidak ada artinya di samping sejarah kuno."Ini adalah tempat lahir Yudaisme dan Kristen. Sangat sedikit orang yang memahami bahwa ketika Anda berbicara tentang tanah Alkitab Israel, semuanya baik-baik saja di sini,” katanya. 

 

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement