Jumat 22 Mar 2019 14:58 WIB

CEO Aprilia tak Ingin Gelar Juara GP Qatar Dicabut dari Dovi

Kemenangan Dovizioso disoal karena penggunaan winglet yang diduga ilegal.

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Israr Itah
 Andrea Dovizioso (depan).
Foto: Shizuo Kambayashi/AP
Andrea Dovizioso (depan).

REPUBLIKA.CO.ID, QATAR -- CEO Aprilia Racing Massiomo Rivola tak ingin gelar juara Andrea Dovizioso pada balapan pembuka MotoGP 2019 dicabut. Pembalap Ducati itu berjaya pada GP Qatar di Sirkuit Losail, Doha, 11 Maret lalu. Akan tetapi kemenangan Dovizioso disoal karena penggunaan winglet yang diduga ilegal.

Protes disampaikan Aprilia bersama Honda, Suzuki, dan KTM atas winglet tersebut. Pengadilan banding akan mulai memproses gugatan tersebut Jumat (22/3). Menurut Rivola, protesnya atas winglet pada motor Dovi bukan bermaksud menggagalkan kemenangannya di Qatar.

Baca Juga

"Tidak boleh ada [perubahan pada] hasil retroaktif. Dovizioso harus menjaga kemenangan Qatar. Dari GP Argentina, Ducati harus berjalan tanpa perangkat ini di motornya," kata Rivola kepada Motosprint, dilansir dari Motorsport, Jumat.

Rivola ingin kasus ini cukup menjadi peringatan untuk balapan berikutnya. Aturan baru perlu dibahas mengenai apa yang tidak dan boleh digunakan. Inti dari kasus ini adalah diberikannya persetujuan oleh direktur teknis MotoGP, Danny Aldridge, kepada Ducati menggunakan winglet dengan tujuan mendinginkan ban belakang. Rivola berpikir Aldridge bersalah karena gagal mempertanyakan penjelasan Ducati atas tujuan dipasangnya winglet tersebut. Aldridge dinilai tidak memeriksa dengan baik dan hanya mempercayai atas penjelasan Ducati.

“Jika dia bertindak dengan iktikad baik, dia sekarang harus menjelaskan bahwa dia telah salah paham. Karena itu aturannya harus diulang,” kata Rivola.

Rivola menambahkan, Aldridge perlu mengumpulkan banyak informasi dan menyusunnya sebagai dokumen teknis baru serta menjadikannya sebagai aturan tambahan. Jika ini dilakukan, menurut Rivola, semua akan senang.

Namun, manajer umum Ducati, Gigi Dall’Igna, menilai protes tersebut menunjukkan kurangnya rasa hormat kepada putusan yang dikeluarkan Aldridge sebagai pihak yang berwenang. Hal ini, menurut Gigi, akan menjadi preseden yang berbahaya.

"Pertama-tama mereka menanyakan direktur teknis, kemudian mempertanyakan majelis hakim pertama. Ini menunjukkan ketidakpercayaan yang penuh pada federasi," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement