Sabtu 23 Mar 2019 06:50 WIB

BI Tahan Suku Bunga untuk Kurs dan Capital Flow

Aliran modal modal asing menyebabkan permintaan rupiah cenderung meningkat.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolanda
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution memberikan paparan kepada seluruh jajaran Kementerian Perdagangan se Indonesia dalam rangka Indonesia Trade Forum 2019 di Hotel Shangrila, Selasa (12/3).
Foto: Republika/Intan Pertiwi
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution memberikan paparan kepada seluruh jajaran Kementerian Perdagangan se Indonesia dalam rangka Indonesia Trade Forum 2019 di Hotel Shangrila, Selasa (12/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai, keputusan Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan di angka enam persen memiliki dua tujuan. Pertama, menjaga nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sekaligus mempertahankan capital flow atau aliran modal. 

Apabila suku bunga tetap stabil, investor akan tertarik menaruh modalnya di Indonesia dan aliran masuk modal asing (capital inflow) tersebut membuat nilai tukar rupiah menguat. Sebab, aliran modal asing menyebabkan permintaan rupiah cenderung meningkat. "Dua poin ini yang akan selalu diperhatikan," ujar Darmin ketika ditemui di kantornya, Jakarta, Jumat (22/3). 

Baca Juga

Selain itu, Darmin menambahkan, devisa yang masuk dari aliran modal pada ujungnya akan masuk ke BI. Baik itu berupa pembelian investasi dalam bentuk surat utang negara (SUN) maupun saham. Artinya, likuiditas menguat setelah berbulan-bulan mengalami tekanan selama setahun terakhir. 

Darmin menegaskan, keputusan untuk mempertahankan suku bunga adalah diskresi dari BI sebagai lembaga independen. Ia yakin, Otoritas Jasa Keuangan  (OJK) akan memiliki pemikiran berbeda terkait poin tersebut. "Mereka (BI) berhitung dengan cara mereka sendiri. Saya tidak mau menebak gimana mereka berpikir," katanya. 

Pada Kamis (21/3), setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG), BI memilih menahan suku bunga acuan di angka enam persen. Selain itu suku bunga Deposit Facility juga tetap sebesar 5,25 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75 persen.

Keputusan tersebut diambil di tengah inflasi yang terjaga di bawah tiga persen. Di sisi lain, gejolak global juga memperlihatkan ke arah stabil mengingat Bank Sentral AS The Fed juga memutuskan menahan suku bunga pada Rabu (20/3) waktu setempat. 

Pada tahun lalu, BI tercatat menaikkan suku bunga sampai enam kali. Keputusan ini dilakukan untuk menjaga stabilitas di tengah pelemahan rupiah. Kenaikan suku bunga diharapkan terjadi aliran modal asing masuk, sembari mempertahankan agar modal di dalam negeri tidak keluar (capital outflow). 

Dalam konferensi pers, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, keputusan mempertahankan suku bunga acuan dilakukan guna menjaga stabilitas eksternal perekonomian. Khususnya, untuk mengendalikan defisit transaksi berjalan dalam batas yang aman dan mempertahankan daya tarik aset keuangan domestik. 

Untuk mendorong permintaan domestik, BI menempuh sejumlah kebijakan lain yang lebih akomodatif. Di antaranya, menempuh strategi operasi moneter guna meningkatkan ketersediaan likuiditas melalui transaksi term-repo secara reguler dan terjadwal, di samping FX Swap.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement