REPUBLIKA.CO.ID, CHRISTCHURCH -- Sekitar 3.000 orang tergabung dalam sebuah pawai yang bertajuk "Pawai Cinta" untuk menghormati 50 korban meninggal dunia akibat serangan teror di Masjid an-Noor dan Masjid Linwood. Pawai yang digelar kemarin mengiringi dibukanya kembali kedua masjid tersebut untuk beribadah bagi umat Muslim Christchurch, Selandia Baru.
Umbul-umbul yang membawa pesan-pesan damai seperti "Muslim itu ramah, tidak rasis" dan "Dia ingin memecah belah kita, tetapi dia telah membuat kita menjadi lebih kuat" mengiringi pawai tersebut.
Seorang peserta pawai, Manaia Butler (16 tahun), mengatakan, kebencian telah membawa kegelapan sehingga perlu ada cinta damai untuk menerangi kota dari kegelapan.
"Kami merasa kebencian telah membawa banyak kegelapan pada saat-saat seperti ini dan cinta adalah obat terkuat untuk menerangi kota dari kegelapan itu," ujar Butler, Sabtu (23/3).
PAWAI CINTA CHRISTCHURCH. Orang-orang berkumpul di Haley Park untuk melaksanakan March for Love atau Pawai Cinta sebagai penghormatan kepada korban terorisme di Christchurch, Selandia Baru, Sabtu (23/3) waktu setempat.
Sejumlah polisi tampak berjaga dan mengawal ketat pawai tersebut, mulai dari Masjid an-Noor hingga Masjid Linwood yang letaknya berdekatan. Kedua masjid itu dibuka kembali setelah satu pekan serangan teror. Salah seorang jamaah masjid, Ashif Shaikh, mengatakan, dua temannya telah menjadi korban meninggal dalam penembakan tersebut.
"(Masjid) ini adalah tempat di mana kita berdoa, kita bertemu," ujar Shaikh.
Salah seorang korban selamat lainnya, Aden Diriye, mengenang momen kehilangan putranya yang berusia tiga tahun dalam serangan itu. Meskipun masih berduka, dia dan teman-temannya turut menghadiri pembukaan kembali Masjid an-Noor.
“Saya sangat senang. Allah itu baik pada kami. Saya langsung kembali setelah masjid selesai direnovasi,” kata Diriye setelah melaksanakan salat.
Shila Nair, seorang migran dari India yang bekerja untuk kelompok advokasi migran bernama Shakti, menempuh perjalanan dari Auckland untuk ikut dalam pawai tersebut. Nair mengatakan, dukungan tersebut memberikan harapan dan optimisme bahwa komunitas migran dan pengungsi di Selandia Baru memiliki hak yang setara.
"Kami menghargai solidaritas, dan ini harus diteruskan. Inilah bagaimana perubahan sosial terjadi," kata Nair.
MASJID AN-NOOR: Masjid An-Noor, tempat 42 orang tewas dalam serangan teroris terburuk di Selandia Baru, telah dibuka kembali, Sabtu (23/3) waktu setempat.
Polisi menyerahkan masjid kembali ke masyarakat dan melepas barisan keamanan tepat setelah tengah hari. Dilansir di NZ Herald, saat masjid dimasuki, hampir tidak ditemukan bukti bahwa kekejaman telah dilakukan sepekan yang lalu. Cat putih segar masih mengering di dinding. Karpet telah dicopot dan belum diganti. Beberapa kamar tetap terkunci.
Setiap lubang peluru telah diplester dan terhapus. Jendela pecah telah diganti dan dicat dengan desain yang rumit. Di luar, mawar baru telah ditanam. Dua pria berlutut dan berdoa di sisi kanan ruang utama masjid. Empat wanita berdoa di sebelah kiri. Ruangan itu sunyi senyap, hanya dengan dengung samar dari AC dan derau lalu lintas yang jauh.
Hozef Yohra, yang berada di masjid selama penembakan, mengatakan, dia ingin kembali untuk shalat sesegera mungkin. "Sekarang. Kami siap sekarang," katanya.
(reuters/umi nur fadhilah)