REPUBLIKA.CO.ID, AYDIN – Penjaga pantai Turki kembali menyelamatkan 55 imigran gelap dari kapal karet yang tenggalam di Laut Aegea di lepas pantai barat daya Turki pada Sabtu (23/3) waktu setempat.
Komando Penjaga Pesisir Turki dalam sebuah pernyataan yang dikutip Anadolu Agency mengatakan, kapal tersebut mengangkut 52 warga Suriah, dua warga Palestina, dan satu orang warga Arab Saudi. Kapal mereka mengalami kerusakan mesin sebelum tim penyelamat datang menolong.
Para migran mengarungi lautan dari provinsi pantai Tuki Aydin untuk menuju pulau-pulau Yunani terdekat. Usai diamankan pihak penjaga pantai, para migran dibawa ke kantor manajemen migrasi provinsi untuk prosedur lebih lanjut.
Seperti diketahui, Turki telah menjadi rute utama bagi para pengungsi yang mencoba menyebrangi Eropa, terutama sejak awal perang saudara di Suriah.
Kementerian Dalam Negeri Turki mencatat, sudah sekitar 268 ribu migran gelap ditahan di Turki selama 2018.
Dilansir InfoMigrants, menurut Badan Pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) (UNCHR), Turki merupakan rumah bagi populasi pengungsi terbesar di dunia.
Turki menampung sekitar 142 pengungsi Irak, lebih dari 3,5 juta pengungsi Suriah, dan 172 ribu orang yang melarikan diri dari Afghanistan.
Para migran itu menggunakan Turki sebagai titik keberangkatan ketika mereka mencoba menyebrangi negara anggota Uni Eropa dan Yunani.
Sementara itu, negara tetangga Turki, Siprus juga mencatat peningkatan kedatangan migran. Menurut Kepala Kementerian Migrasi Siprus Andreas Christofi, lebih dari 1000 orang dari Suriah, Lebanon, dan Turki menyeberang ke negara pulau itu setiap bulan.
"Sehubungan dengan populasinya, negara kami berada di tempat pertama dalam hal kedatangan pendatang di UE," katanya kepada saluran TV Siprus, Alpha. Pada 2018, 7.760 orang melamar suaka di Siprus yang berarti 70 persen lebih banyak dari pada 2017.