REPUBLIKA.CO.ID, MOGADISHU— Kelompok militan al-Shabaab menyerang gedung pemerintahan di Mogadishu, Somalia menggunakan bom bunuh diri dan tembakan pada Sabtu (23/3) waktu setempat.
Akibat serangan ini lima orang meninggal dunia, termasuk Wakil Menteri Tenaga Kerja Somalia Saqar Ibrahim Abdalla.
Kapten Kepolisian Somalia, Mohamed Hussein, mengatakan pasukan keamanan Somalia sempat mengalami baku tembak dengan kelompok militan al-Shabaab yang menyerbu kantor pemerintah ketenagakerjaan untuk menyelamatkan pegawai lain yang berada dalam gedung.
Ibrahim Abdalla terbunuh di ruangannya di lantai dasar setelah militan bersenjata masuk gedung tersebut dengan sekejap.
"Korban tewas diperkirakan akan bertambah sebab puluhan orang diyakini berada di dalam gedung pada saat serangan Sabtu yang adalah hari kerja di Somalia," ujar Hussein seperti dikutip South China Morning Post, Ahad (24/3).
Hussein mengatakan, pasukan keamanan telah berhasil mengakhiri serangan. Dia mengonfirmasi ada lima korban tewas, dan sedikitnya 11 terluka.
"Kami menangani 11 korban luka hari ini dalam serangan di gedung Kementerian Tenaga Kerja dan Urusan Sosial. Kami terus membantu masyarakat dengan pelayanan terbaik," tulis jasa ambulans Aamin Ambulance di akun Twitter, seperti dilansir dari laman Sky News, Ahad.
Al-Shabaab mengaku bertanggung jawab atas serangan yang tengah berlangsung beberapa saat setelah penyerbuan gedung. Mereka mengatakan, para pejuangnya berada di dalam gedung pemerintahan tersebut. Padahal gedung tersebut terletak tak jauh dari markas Badan Intelijen Somalia.
Saksi mata mengatakan, ketika serangan itu berlangsung, suara tembakan terdengar, dan asap putih mengepul dari tempat kejadian.
Serangan serupa juga terjadi pada Februari lalu saat al-Shabaab menargetkan wilayah sibuk sehingga menewaskan 24 orang saat itu. Serangan Februari lalu dimulai dengan bom mobil yang meledak di depan restaurant tempat di mana pejabat pemerintahan istirahat di Mogadisu.
Al-Shabaab yang berafiliasi dengan Alqaeda ini kerap melakukan pemboman bunuh diri yang menargetkan tempat-tempat umum, hotel, dan kantor pemerintahan.
Al-Shabaab merupakan kelompok ekstrimis Islam paling aktif di Afrika. Para militannya berupaya selama bertahun-tahun mengambil alih kekuasaan, dan hendak menciptakan ISIS di Somalia.
Kelompok tersebut terus melakukan serangan mematikan meskipun telah diupayakan keluar Mogadishu oleh pasukan keamanan Somalia. Sementara pasukan penjaga perdamaian Uni Afrika yang ditempatkan di Mogadishu dan beberapa wilayah negara telah membantu pasukan Somalia untuk menjaga militan al-Shabaab menyerang di teluk.
Atas tanggapan itu, al-Shabab telah melakukan banyak serangan mematikan di negata tetangga seperti Kenya. Serangan dilakukan sebagai pembalasan atas penempatan pasukan penjaga perdamaian pada 2011 di Somalia.
Sedangkan, militer Amerika Serikat (AS) membantu melakukan intervensi memberantas ekstremis. Militer AS telah melakukan sejumlah serangan udara dalam beberapa bulan terakhir terhadap al-Shabaab.