Senin 25 Mar 2019 02:42 WIB

Guru Sains dari Kenya Raih Penghargaan Guru Terbaik Dunia

Tabichi dipuji atas dedikasinya mengajar anak-anak yang tidak mampu.

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Israr Itah
Peter Tabichi, pemenang Global Teacher Prize 2019.
Foto: Youtube
Peter Tabichi, pemenang Global Teacher Prize 2019.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang guru sains dari pedesaan Kenya memberikan sebagian besar gajinya untuk mendukung siswa miskin tetap bersekolah. Aksi mulia guru bernama Peter Tabichi dalam dunia pendidikan membuatnya diganjar hadiah 1 juta dolar AS.

Ini merupakan hadiah tahunan bagi pemenang Global Teacher Prize, penghargaan bagi guru terbaik dunia yang dianggap berdedikasi penuh pada profesinya. Hadiah ini dipersembahkan oleh Yayasan Varkey, dengan Peter Tabichi sebagai pemenang pada edisi 2019.

Baca Juga

Tabichi dipuji atas dedikasinya mengajar anak-anak yang tidak mampu di kelas-kelas yang padat dan beberapa buku teks. Selain ilmu, ia juga menyumbang uang hasil keringatnya mengajar. "Saya ingin murid melihat sains sebagai jalan keluar untuk masa depan mereka," kata dia seperti dikutip dari laman globalteacherprize.org, Senin (25/3).

Penghargaan itu, diumumkan dalam sebuah seremoni di Dubai, untuk mengakui komitmen guru luar biasa untuk murid-murid SMP Keriko, Desa Pwani, Nakuru, Provinsi Rift Valley, Kenya. Peter Tabichi menyumbangkan 80 persen gajinya untuk mendukung para muridnya yang tidak mampu membeli seragam atau buku.

Murid-murid yang berada di sekolah tersebut, kebanyakan berasal dari keluarga yang kurang beruntung, seperti yatim piatu atau kehilangan orang tua. "Mereka harus dibantu untuk meningkatkan pengetahuan sains di masa depan mereka," kata pria yang lahir dari keluarga guru.

Peter Tabichi ingin meningkatkan aspirasi dan mempromosikan tujuan sains, tidak hanya di Kenya tetapi di seluruh Afrika. Ia terpilih mendapatkan hadiah menyisihkan 10 ribu kandidat lainnya dari 179 negara. 

Banyak tantangan yang dihadapi sekolah tersebut, yaitu kurangnya fasilitas di sekolah, termasuk tidak cukup buku atau guru. Di sekolah tersebut, kelas memiliki 35 hingga 40 murid yang harus diajarkan dalam kelompok yang terdiri dari 70 atau 80 orang. Dengan keterbatasan, ruang kelas menjadi penuh dan sesak.

Tidak hanya itu, kurangnya koneksi internet untuk pembelajaran sains juga membuat para murid harus pergi ke warnet untuk mengunduh sumber daya untuk pelajaran sainsnya. Para murid juga berjalan lebih dari 6 km di jalan yang buruk untuk mencapai sekolah.

Dengan begitu, Peter Tabichi bertekad untuk memberi mereka kesempatan untuk belajar tentang sains dan untuk meningkatkan wawasan mereka. Dengan perjuangan, Peter Tabichi berhasil membawa murid-muridnya di dalam kompetisi sains nasional dan internasional, termasuk penghargaan dari Royal Society of Chemistry di Inggris.

Menurut Peter Tabichi, sebagian dari tantangannya adalah membujuk masyarakat setempat untuk mengakui nilai pendidikan, mengunjungi keluarga yang anak-anaknya berisiko putus sekolah. Ia mencoba mengubah pikiran keluarga yang berharap anak perempuannya menikah pada usia dini, mendorong mereka untuk menjaga anak perempuan mereka di sekolah. 

Pendiri Yayasan Varkey yang memberikan hadiah ini, Sunny Varkey, mengatakan, kisah Peter Tabichi dapat mengilhami masyarakat yang ingin memasuki profesi guru. Ini memberikan sorotan yang kuat pada pekerjaan luar biasa yang dilakukan guru di seluruh Kenya dan dunia setiap hari.

"Ribuan nominasi dan aplikasi yang kami terima dari setiap sudut planet ini adalah kesaksian atas prestasi para guru dan dampak besar yang mereka miliki pada seluruh kehidupan kami," katanya.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement