REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Suatu hari, Rasulullah Muhammad SAW sedang duduk di majelis. Kemudian, beliau didatangai salah seorang sahabatnya, Muadz bin Jabal. Pria kelahiran Madinah itu pun meminta nasihat kepada Nabi SAW. "Wahai Rasulullah, kabarkanlah kepadaku suatu amalan yang dapat mengantarkanku ke dalam surga serta menjauhkanku dari api neraka."
Nabi SAW menjawab, "Engkau telah mengajukan pertanyaan tentang perkara yang besar dan sesungguhnya itu menjadi ringan bagi hamba-hamba-Nya yang dimudahkan Allah SWT atasnya. (Amalan itu adalah) engkau menyembah Allah dan jangan menyekutukan sesuatu dengan-Nya. Kemudian, kerjakanlah shalat, keluarkanlah zakat, berpuasalah pada bulan Ramadhan, dan beribadah haji ke Baitullah."
"Apakah engkau ingin kuberi tahu tentang pintu-pintu kebaikan?" tanya Rasulullah SAW lagi. Muadz memberi isyarat bersedia. "Puasa itu adalah perisai. Sedekah menghapus kesalahan, seperti air memadamkan api. Shalat seseorang di tengah malam," papar beliau.
Rasulullah SAW kemudian membaca surat as-Sajadah ayat 16-17. Artinya, "Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan apa apa rezeki yang Kami berikan. Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan."
Rasulullah SAW kemudian menjelaskan, "Maukah engkau aku kabarkan tentang pokok, tiang, serta puncak amal? Pokok amal adalah Islam. Tiang-tiangnya adalah shalat serta puncaknya adalah jihad di jalan Allah."
"Maukah engkau aku kabarkan tentang kunci perkara dari itu semua?" Rasulullah SAW kemudian menyentuh lidahnya dengan ujung jarinya. "Jagalah ini (lisan)." Ketika Muadz bertanya lagi, apakah manusia akan dimintai pertanggungjawaban dari ucapan-ucapannya, Nabi SAW pun bersabda, "Semoga engkau selamat. Adakah yang menjerumuskan wajah seseorang ke dalam neraka, melainkan hasil dari ucapan lidah mereka."