Senin 25 Mar 2019 16:15 WIB

Perdana Menteri Selandia Baru akan Kunjungi Cina

PM Selandia Baru kunjungi Cina untuk memperbaiki hubungan kedua negara.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Nur Aini
Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern.
Foto: AP/Mark Baker
Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern.

REPUBLIKA.CO.ID, WELLINGTON -- Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern mengatakan, ia akan melakukan perjalanan ke Cina pada akhir pekan untuk pertemuan dengan Presiden Cina, Xi Jinping, Senin (25/3). Ardern mengungkapkan, perjalanan itu dipersingkat menjadi kunjungan satu hari sebab sebelumnya telah terjadi penembakan massal di Christchurch, yang menewaskan 50 orang.

"Itu dimaksudkan untuk kunjungan yang lebih lama, termasuk delegasi bisnis. Tetapi dalam situasi yang sepertinya tidak tepat dan saya ingin mengakui bahwa tuan rumah kami, Cina, telah sangat mengakomodasi kebutuhan itu," kata Ardern pada konferensi pers.

Baca Juga

Ardern menyatakan ia akan melakukan perjalanan ke Beijing pada Ahad. Ia pertama kali mengumumkan rencananya untuk mengunjungi Cina pada tahun lalu, tetapi tidak ada tanggal tepat yang diumumkan.

Hubungan dengan Cina menegang di bawah pemerintahan Ardern. Ia juga menolak tawaran lokal pertama telekomunikasi raksasa Cina, Huawei untuk membangun jaringan seluler 5G.

Para pemimpin oposisi menyalahkan Ardern dan pemerintahnya atas dugaan memburuknya hubungan dengan Cina. Mereka menyebutkan bahwa hubungan kedua negara menjadi paling buruk yang pernah ada selama ini.

Ardern mengakui ada kerumitan dalam hubungan dengan Cina. Namun ia menepis kekhawatiran keretakan dengan mitra dagang terbesar Selandia Baru.

PM Selandia Baru juga akan bertemu dengan Perdana Menteri Li Keqiang. Kemudian akan kembali ke Selandia Baru pada Selasa.

Pembicaraan akan mencakup diskusi seputar peningkatan perjanjian perdagangan bebas antara kedua negara, serta masalah lainnya. Berbicara di Beijing, juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Geng Shuang mengatakan, Cina berharap kunjungan tersebut dapat membantu kedua belah pihak untuk memperkuat pemahaman, dan saling percaya, serta akan menyuntikkan dorongan baru ke dalam hubungan.

Bulan lalu, Cina menunda kampanye pariwisata besar di Selandia Baru. Hal itu terjadi beberapa hari sebelum peluncurannya, sehingga meningkatkan kekhawatiran tentang hubungan yang tegang atas pengaruh Cina yang berkembang di Pasifik.

Tahun lalu, Selandia Baru mengeluarkan pernyataan kebijakan pertahanan, di mana ia mengatakan meningkatnya pengaruh Cina di Pasifik Selatan dapat merusak stabilitas regional. Kemudian negara itu juga menyinggung perihal ketegangan di Laut Cina Selatan yang disengketakan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement