REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Majelis Ulama Indonesia (MUI) memastikan Indonesia siap memberikan bantuan untuk pengelolaan Rumah Sakit Indonesia Hebron, Tepi Barat, Palestina. Itu setelah pembangunan rumah sakit yang diprakarsai MUI dan sejumlah lembaga filantropi Indonesia itu selesai dibangun.
Hal itu disampaikan Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri MUI Muhyiddin Junaidi yang juga Ketua Panitia Pembangunan Rumah Sakit Indonesia-Hebron (RSIH) Tepi Barat Palestina, jika sumber daya manusia (SDM) di Palestina masih kurang untuk RSI Herbon.
"Apabila mereka tidak memiliki human resources dalam mengendalikan dan mengelola rumah sakit itu, kita juga akan memberikan asistensi, bantuan. Karena kita sudah berpengalaman dalam mengelola rumah sakit," ujar Muhyiddin usai menemui Wakil Presiden Jusuf Kalla di Kantor Wapres, Jakarta, Senin (25/3).
Menurutnya, setelah pembangunan rumah sakit selesai, Indonesia akan langsung menghibahkan kepada Pemerintah daerah Hebron. Namun Indonesia akan terus memantau pengoperasian hingga rumah sakit benar-benar siap.
"Betul. Setelah jadi 2 tahun, maksimal, kami akan hibahkan. Kalau memang ada kesulitan, kita akan mungkin kelola beberapa bulan. Setelah itu kita akan lakukan training dan kita serahkan kepada mereka," kata dia.
Muhyiddin optimistis, lantaran saat ini banyak mahasiswa Palestina yang belajar di Indonesia dalam bidang manajemen kesehatan. Sehingga. "Ada sebagian sudah jadi dokter dan perawat," ujarnya.
Hari ini jajaran Dewan Pimpinan MUI yang juga penitia pembangunan RSI Hebron menemui Wakil Presiden Jusuf Kalla untuk memastikan dukungan Pemerintah Indonesia atas pembangunan rumah sakit seluas 4000 meter persegi tersebut. Rencananya, rumah sakit yang dibangun empat lantai itu juga diperuntukkan untuk penyembuhan trauma atau traumatic healing.
Muhyiddin mengatakan, RSI Hebron ditargetkan selesai dalam waktu dua tahun dengan perkiraan anggaran sekitar 7 juta USD. Menurutnya, anggaran tergolong mahal lantaran bahan baku diimpor dari luar Palestina.
"Kecuali batu bata yang tidak diimpor, semen, besi, semua ya materil buildingnya diimpor, kalau tidak dari Yordania ya mereka impor dari Turki," ujar Muhyiddin.
Namun menurutnya, Pemerintah Indonesia melalui Wapres JK memastikan akan ikut berkontribusi dalam proyek kemanusiaan bangsa Indonesia tersebut. Sehingga ia optimistis, dana senilai 7 juta USD yang dibutuhkan untuk pembangunan rumah sakit itu bisa terkumpul.
"Kami belum bisa menyebut berapa namun kami sangat optimis dengan endorsement dari pemerintah, dana 7 US dollar itu bisa kita kumpulkan," katanya.