Rabu 27 Mar 2019 03:15 WIB

Ketua DPR: Filateli, Arsip Berharga Perjalanan Bangsa

Seorang kolektor prangko dinilai juga merawat memori bangsa.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Hasanul Rizqa
Pameran Politik Dalam Perangko. Pengunjung melihat koleksi perangko saat pamearn Politik Dalam Perangko di Komplek Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (26/3/2019).
Foto: Republika/ Wihdan
Pameran Politik Dalam Perangko. Pengunjung melihat koleksi perangko saat pamearn Politik Dalam Perangko di Komplek Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (26/3/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Indonesia Bambang Soesatyo menyebut filateli sebagai arsip yang berharga untuk merekam perjalanan sebuah bangsa. Keberadaan filateli, menurut dia, sangat kental dengan unsur aktualitas serta berkaitan dengan peristiwa yang bernilai historis.

Oleh karena itu, dia menyambut baik DPR-RI yang kembali menggelar pameran filateli. Kali ini, tema yang diangkat adalah "Politik dalam Prangko." Acara ini dimulai pada tanggal 26-28 Maret 2019 di Lobi Gedung Nusantara DPR-RI, Senayan, Jakarta.

Baca Juga

"Tema tersebut sengaja diambil karena tahun ini bangsa Indonesia sedang menghadapi tahun politik Pemilu 2019. Pameran ini menampilkan berbagai koleksi filateli dari masa lampau yang berkaitan dengan politik," ujar Bambang Soesatyo saat membuka pameran, Selasa (26/3).

Ia menjelaskan, para pengunjung pameran bisa menyaksikan Sampul Hari Pertama seri Pemilihan Umum Pertama 1955 yang terbit 29 September 1955, Sampul Hari Pertama seri Pemilihan Umum 1977 terbit 5 Januari 1977, Prangko seri Pemilihan Umum 2004 terbit 4 Juni 2004, Prangko seri Pemilihan Umum 2009 terbit 5 Maret 2009, hingga Sampul Hari Pertama seri Pemilihan Umum 2019 terbit 31 Januari 2019.

Pameran tersebut juga menampilkan Prangko seri Presiden Joko Widodo dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang terbit pada 17 Agustus 2015. Selain itu, ada pula prangko seri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan Wakil Presiden Boediono yang terbit 17 Agustus 2010.

Kemudian, Sampul Hari Pertama seri Presiden Megawati Soekarnoputri terbit tahun 2002, Sampul Hari Pertama seri Presiden BJ Habibie yang terbit tahun 1998, Sampul Hari Pertama seri Presiden Soeharto terbit tahun 1998, hingga Sampul Hari Pertama seri "100 Tahun Bung Karno" dengan Koin Emas yang terbit pada 2001.

"Hobi mengumpulkan filateli sama saja dengan hobi merawat memori bangsa. Karena dengan mengumpulkan filateli yang terdiri dari perangko dan berbagai benda pos seperti Sampul Hari Pertama, kita bisa mendapatkan gambaran kehidupan bangsa pada masa itu," kata sosok yang akrab disapa Bamsoet itu.

Menurutnya, sebagai bagian dari strategi komunikasi, filateli bisa mempresentasikan pesan-pesan demi tercapainya tujuan pembangunan. Apabila dikaji dengan pendekatan semiotika, filateli juga bisa dijadikan bahan menggali kembali identitas Indonesia sebagai sebuah bangsa.

"Pada filateli terdapat pesan yang merupakan konsep ide yang melekat kuat atas nilai dan makna, yakni sebagai benda budaya sekaligus menjadi salah satu icon kedaulatan negara. Filateli dapat digunakan sebagai dasar dalam mengungkap fakta sejarah perkembangan dunia yang di dalamnya terdapat identitas sebuah bangsa dan menggambarkan kondisi sosial, budaya dan politik," terang Bamsoet.

Ia pun meyakini, eksistensi Filateli tidak akan mati meskipun dihadapkan pada banyak kemudahan dalam berkirim surat melalui media elektronik. Seiring kemajuan zaman, fungsi filateli menjadi lebih luas, mulai dari pengiriman surat, komoditi dagang hingga alat diplomasi.

"Sebagaimana pernah dilakukan di tahun 2005, untuk memperkuat hubungan diplomasi Indonesia dengan Jepang, diterbitkan prangko bergambar Candi Prambanan dan Gunung Fuji. Masih banyak desain prangko yang menggambarkan hubungan diplomatik Indonesia dengan berbagai negara," kata dia mengenang.

Selain dihadiri para komunitas filateli dari berbagai daerah, sejumlah Duta Besar negara sahabat untuk Indonesia juga turut hadir. Antara lain Duta Besar Maroko H.E. Mr. Ouadia Benabdellah, Duta Besar Chile H.E. Mr. Gustavo Aries, Wakil Duta Besar Venezuela Mr. Wilson Loaiza, Councelor Kedutaan Armenia Ms. Lilit Sargsyan dan Legislative Attache Kedutaan Korea Selatan Mr. Cheong Seokbae.

Hadir pula Vice President Jaringan Layanan dan Konsinyasi Filateli PT Pos Indonesia Agung S Rahardjo, Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika Ahmad M. Ramli dan Ketua MURI Jaya Suprana.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement