REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mulai tahun ini, pemilihan umum digelar secara serentak. Pemilihan presiden (pilpres) terjadi di hari yang sama dengan pemilihan calon legislatif (pileg). Namun, hal itu ternyata mengandung dilema, setidaknya bagi para politikus.
Sebab, banyak calon legislator (caleg) yang membebaskan konstituennya dalam memilih calon presiden dan wakil presiden. Mereka tampak hanya ingin mempromosikan diri dan partainya, sehingga "bermain aman" dengan tidak mengharuskan massa pendukungnya untuk berpihak ke pasangan calon nomor urut 01 atau 02.
Hal itu diutarakan peneliti Media Survei Nasional (Median), Ade Irfan Abudurrahman. Dia menilai, fenomena seperti itu terjadi saat caleg dihadapkan dengan konstituen yang berbeda pilihan dengan partainya dalam pilpres.
"Sebab satu sisi, caleg dan partai memiliki tugas memenangkan capres-nya, tapi di sisi lain mereka enggan konstituennya beralih ke caleg lain," ujar Ade Irfan Abudurrahman saat dihubungi melalui pesan singkat, Selasa (26/3).
Dosen Ilmu Komunikasi Politik UNIS Tangerang itu meneruskan, pada akhirnya caleg tersebut memilih jalan tengah. Dia hanya meminta konstituen untuk memilihnya dalam pemilu nanti. Di saat yang sama, dia membebaskan mereka untuk memilih calon presiden dan wakil presiden.
"Saya kira strategi tersebut bisa dimaklumi, mengingat caleg akan memilih fokus memenangkan dirinya pada pileg, alih-alih pilpres," sebut dia.
Di samping itu, tidak sedikit pula caleg di luar PDI Perjuangan dan Partai Gerinda yang mendapatkan coat tail effect alias efek "ekor jas" pada Pilpres 2019. Apalagi, bila daerah pemilihan adalah lumbung suara dari capres tertentu yang tidak diusung oleh partainya.
Karena itu, Ade menyarankan setiap partai politik untuk membagi fokus tim sukses atau tim kampanyenya. "Ada baiknya bagi jika menjelang akhir masa kampanye ini partai politik membagi fokus tim sukses atau tim kampanye. Pertama, fokus ke pileg dalam hal ini internal partai. Kedua, fokus memenangkan capres-cawapres yang diusungnya," tutur dia.
Sebelumnya, caleg DPR RI untuk daerah pemilihan (dapil) II NTB, Lalu Akram, bertekad akan mengampanyekan Jokowi-Kiai Ma'ruf Amin hanya di tempat-tempat yang dikenal sebagai basis massa pendukung pejawat itu. Bagaimanapun, politikus PKB itu mengakui, tidak mungkin mengampanyekan pasangan tersebut di area yang jelas menjadi basis pendukung pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
"Kita melakukan itu (kampanye capres) mikir untung ruginya, kita mikir manfaat dan mudarat, menguntungkan tidak buat kita, harus penuh pertimbangan," ucap Akram, realistis.