REPUBLIKA.CO.ID, PODGORICA -- Montenegro terancam sanksi berat atas tindakan rasisme suporternya terhadap beberapa pemain Inggris. Suporter Montenegro melakukan nyanyian bernada rasis yang dilakukan bukan hanya oleh beberapa orang, tapi hampir seluruh stadion.
Oleh karena itu, sanksi berat menanti negara pecahan dari Serbia tersebut. Sanksi minimal yang bisa diperoleh oleh tim nasional Montenegro adalah penutupan stadion. Bukan hanya itu, suporter Montenegro juga melakukan pelemparan benda ke lapangan, menyalakan kembang api, hingga menaiki tangga dalam pertandingan yang digelar di Podgorica City Stadium tersebut.
Akibat aksi-aksi itu, Montenegro juga terancam denda sebesar 50 ribu euro. Namun hingga saat ini Federasi Sepak Bola Eropa (UEFA) belum mengeluarkan putusan terkait insiden yang terjadi dalam laga kualifikasi Piala Eropa 2020 tersebut.
''Saat ini kasus itu menjadi masalah bagi komite disiplin kami,'' ujar Presiden UEFA Aleksander Caferin, dikutip dari BBC, Rabu (27/3).
Aktivis anti-diskriminasi dari Kick it Out bahkan meminta UEFA bertindak lebih keras lagi untuk aksi rasisme tersebut. Karena selama ini sanksi denda saja tidak akan membuat jera para pelaku rasisme. Aktivis Kick it Out, Troy Townsend, menyatakan hukuman yang tepat adalah pelarangan stadion hingga dikeluarkan dari kompetisi.
''Apakah menutup stadion untuk pertandingan tidak akan layak? Atau apakah diskualifikasi lebih layak?'' ujar Townsend.
Menurut Towsend, jika UEFA benar-benar serius terhadap masalah ini, maka UEFA tidak akan membiarkan sebuah negara bertanding dalam turnamen dengan melakukan tindakan rasis.