REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PPPA Daarul Qur’an telah memulai pembangunan rumah Qur’an di Sulawesi Tengah (Sulteng) pada Senin (25/3). Tepatnya di Desa Saloya, Kecamatan Sindue Tambosabora, Donggala. Sebanyak delapan dusun di desa ini sebagian besar rata dengan tanah pasacagempa melanda pada September 2018 lalu.
Direktur Utama PPPA Daarul Qur’an Tarmizi As Shidiq mengatakan setelah enam bulan gempa berlalu, warga Donggala yang menjadi korban masih tinggal di bedeng-bedeng atau tenda-tenda pengungsian. Karena itu lembaganya menginisiasi pembangunan rumah Qur’an.
“Kami berupaya menyediakan tempat bernaung yang layak untuk warga karena tinggal di pengungsian membuat mereka mudah terserang penyakit. Apa lagi sekarang musim hujan jadi mereka harus tinggal di rumah bukan di pengungsian,” ujar Tarmizi dalam keterangan persnya.
Tarmizi menjelaskan, rumah Qur’an dibangun dengan sistem gotong royong dan berkelompok. Warga Saloya yang mayoritas suku Kaili dan Bugis memanfaatkan sisa-sisa puing bangunan dari rumah-rumah mereka yang masih bisa digunakan.
“Konsep ini seperti recycle house yang dipakai PPPA Daarul Qur’an di Lombok saat membangun 187 rumah Qur’an di Lombok Timur dan Lombok Utara pascagempa. Alhamdulillah sekarang masyarakat Lombok sudah memiliki tempat bernaung yang layak,” tutur Tarmizi.
Selain membangun hunian tutur Tarmizi, PPPA Daarul Qur’an juga mendampingi warga untuk memulai program tahfizul Qur’an dengan mengirim seorang da’i di pedalaman Saloya. Ia mengatakan, program hunian, tahfizh dan pemberdayaan ekonomi akan terintegrasi dalam Kampung Qur’an Tuampana.
“InsyaAllah akan terlahir lagi sebuah kawasan pengembangan masyarakat berbasis tahfizul Qur’an di Sulawesi Tengah. Bagi masyarakat yang ingin terlibat bisa berdonasi melalui Rekening Kemanusiaan PPPA Daarul Qur’an atau www.sedekahonline.com,” ucapnya.